Sukses

Parenting

Dampak Buruk Terapkan Time Out pada Anak

Fimela.com, Jakarta Time out merupakan salah satu cara mendisiplinkan anak untuk menghindari hukuman fisik. Dengan cara ini anak diberikan waktu sendiri untuk menyadari kesalahannya. Cara asuh ini tentu saja direkomendasikan para ahli karena memberikan efek jera tanpa harus menyakiti fisik anak dan memberikan rasa trauma.

Namun, time out harus dilakukan dengan syarat orangtua tetap mendampingi anak dan menjelaskan kesalahannya setelah keduanya sama-sama menenangkan diri. Mengapa begitu?

Seperti dilansir dari situs Childmind, Rabu (10/6/2020), jika anak dibiarkan menyendiri di sudut ruangan atau disuruh masuk ke kamarnya ketika berbuat kesalahan, hal ini akan memberikan perasaan ditolak pada anak. Padahal, perasaan ditolak oleh orang yang dicintainya memberikan dampak sama buruknya dengan sakit fisik.

Lantas apa saja dampak buruk dari teknik mendisiplinkan anak dengan time out ini, jika tidak dilakukan dengan bijak oleh orangtua? Berikut penjelasannya yang dirangkum Fimela.

1. Merasakan sakit penolakan

Sakit saat mendapatkan penolakan dari orang yang disayangi memiliki dampak buruk yang sama bagi otak ketika si kecil mendapatkan sakit fisik. Ketika diberikan hukuman untuk menyendiri atau time out, akan berdampak buruk pada anak jika tidak dilakukan secara benar.

 

2. Anak lebih marah dari sebelumnya

Saat dibiarkan sendiri saat melakukan kesalahan, anak akan merasa ibu meninggalkannya. Hal ini tentu akan membuatnya semakin marah dari sebelumnya. Bahkan mereka tidak bisa mengontrol emosi sehingga akan sulit untuk mendekatinya.

 

3. Merasa terisolasi dan sendirian

Terakhir, saat orangtua melakukan time out ketika anak melakukan kesalahan mereka akan beranggapan ketika mereka kesulitan, dipaksa untuk sendirian menghadapinya. Hal ini akan merusak hubungan antara anak dan orangtua.

Bukan berarti time out tidak boleh dilakukan, namun para orangtua harus cerdas saat memilih untuk menerapkannya pada anak. Sebisa mungkin dihindari, jika bisa dilakukan dengan berdiskusi. Ajak anak bicara tentang apa kesalahan yang diperbuatnya, dampaknya, dan cara menyelesaikannya.

Saat orangtua menjelaskan dengan lemah lembut akan lebih mudah diterima oleh otak anak. Tantangannya di sini tentulah orangtua diharuskan memiliki kesabaran ekstra. Untuk si kecil tentu ibu dan ayah mau belajar bersabar bukan?

#changemaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading