Sukses

Parenting

Cara Mendeteksi dan Pemeriksaan Gangguan Kesuburan

Fimela.com, Jakarta Berdasarkan data BKKBN tahun 2015, setidaknya ada 47 juta pasangan usia subur di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, diketahui sebesar 10-15 persen di antaranya mengalami gangguan kesuburan (infertilitas).

dr. Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, MRep.Sc, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi mengatakan gangguan kesuburan merupakan sebuah kondisi ketika pasangan suami istri telah berhubungan intim secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama satu tahun, namun belum berhasil menciptakan kehamilan.

Faktor laki-laki, perempuan, maupun keduanya, memiliki andil yang sama besar sebagai penyebab infertilitas. Infertilitas terbagi menjadi dua jenis. Infertilitas primer, kondisi di mana pasangan belum pernah mendapatkan kehamilan sebelumnya. Lalu sekunder, yaitu infertilitas yang terjadi pada pasangan yang pernah memiliki anak sebelumnya namun kesulitan untuk mendapatkan kehamilan berikutnya. 

"Saat pasien berkonsultasi pertama kali, kami akan menggali bagaimana riwayat kesehatan pasien dan merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan kesuburan. Pada laki-laki, infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada sperma, dari jumlah, bentuk, kemampuan sperma bergerak, hingga materi genetik (DNA) sperma.

Sedangkan pada perempuan, infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan pematangan sel telur (ovulasi), adanya sumbatan atau infeksi pada saluran indung telur, masalah pada rahim, serta adanya gangguan pada rahim/indung telur seperti kista cokelat (endometriosis).

Mendeteksi dan pemeriksaan gangguna kesuburuan

dr. Aida mengatakan berbagai kelainan dapat dideteksi melalui pemeriksaan khusus, antara lain USG transvaginal, dan pemeriksaan histerosalpingografi (HSG) sebagai pemeriksaan dasar.

Pemeriksaan USG transvaginal diperlukan untuk melihat apakah ada kelainan yang dapat mengganggu proses kehamilan seperti kelainan anatomi bawaan lahir, keberadaan mioma atau polip, melihat kondisi rahim dan indung telur, melihat ukuran organ ovarium, dan melihat jumlah sel telur yang dimiliki.

Sedangkan pemeriksaan HSG berfungsi untuk melihat apakah ada sumbatan pada saluran telur atau tidak. Hasil pemeriksaan akan membantu dokter dalam mendiagnosis dan memberikan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.

Selain itu, terdapat juga infertilitas yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya atau unexplained infertility.

"Pada kondisi ini semua hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang normal, namun pasangan tersebut mengalami kesulitan mendapatkan kehamilan," ujarnya.

 

Bayi tabung

Salah satu solusi penanganan penyebab infertilitas adalah program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF). Dengan metode ini, sperma dan sel telur akan dipertemukan di luar tubuh manusia (dilakukan di laboratorium khusus).

dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah – Pondok Indah mengatakan tingginya tingkat keberhasilan ini didukung oleh berbagai faktor, salah satunya usia calon ibu saat menjalani program. Keberhasilan program bayi tabung mencapai angka tertinggi jika calon ibu berusia di bawah 35 tahun.

Semakin dini pasangan suami-istri dengan infertilitas melakukan pemeriksaan dan melakukan program reproduksi berbantu, maka semakin besar peluang keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan.

“Di antara berbagai metode penanganan ketidaksuburan, bayi tabung memiliki angka keberhasilan tertinggi, yakni mencapai hingga 40 persen per siklus," ungkap dr. Yassin.

Berbeda dengan teknik IVF konvensional, RS Pondok Indah IVF Centre mengadopsi teknologi medis terdepan untuk memastikan tingkat keberhasilan (success rate) program kehamilan. Beberapa teknologi yang membantu meningkatkan keberhasilan program bayi tabung di antaranya, Time lapse incubator, Pre-implantation genetic testing for aneuploidy (PGT-A), Intra-cytoplasmic morphologically-selected sperm injection (IMSI), Laser assisted hatching, Oocyte imaging system, Intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI), In-vitro maturation, dan Fertility preservation.

“Program bayi tabung sangat dipengaruhi oleh teknologi medis dan teknik yang digunakan. Keduanya berkesinambungan guna meningkatkan peluang keberhasilan mendapatkan kehamilan. Dengan kemajuan teknologi medis saat ini, pengerjaan yang berhubungan dengan sel telur dan sperma menjadi lebih optimal, proses pembuahan sel telur lebih maksimal, penyimpanan embrio lebih terjaga kualitasnya dan minim risiko kerusakan, hingga memungkinkan untuk dilakukannya pemeriksaan kromosom untuk mencegah terjadinya transfer embrio dengan kelainan genetik," ujar Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG-KFER, MPH, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF.

#elevate women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading