Sukses

Parenting

Mengenal Tentang Speech Delay, Penyebab dan Cara Mengatasinya Menurut Ahli

Fimela.com, Jakarta Memperhatikan tumbuh kembang pada anak sangatlah penting. Termasuk saat anak memasuki usia sudah bisa bicara. Seperti yang dikutip dari utas dr. Denta di akun twitternya (22/3) ada 60% dari anak yang belum lancar bicara sebelum usia 3 tahun akan membaik sendiri tanpa perlu diberikan intervensi apapun. Yang menjadi masalah adalah 40% anak ini, karena tidak banyak orangtua yang memahami jika speech delay perlu terapi sejak dini.

Terapi speech delay sangat penting dilakukan sejak dini. Karena ketidakbisaan anak saat bicara akan menyulitkannya di saat usia sekolahnya. Anak akan kesulitan membaca, menulis dan belajar. Perlu dipahami, jika kemampuan bicara dan bahasa adalah indikator terbaik kemampuan kognitif anak. Jadi, sangat disayangkan jika orangtua terlambat menyadarinya.

Dalam utas yang dibagikan di akun twitternya, dr. Denta membagi beberapa kelompok usia dan batasan red flag anak mengalami speech delay.

  • Usia 2 bulan. Anak tidak menyadari adanya bunyi atau suara dan tidak mampu menangis dengan keras.
  • Usia 6 bulan. Anak tidak menoleh ke sumber suara bunyi dan tidak mamou ‘cooing’ (mengeluarkan suara a, e, u, o dan i) saat merespon sekitar.
  • Usia 10 bulan. Anak tidak merespon saat dipanggil nama dan tidak mampu mengoceh.
  • Usia 12 bulan. Tidak mampu gestur sederhana, misalnya melambaikan tangan saat dadah-dadah.
  • Usia 15 bulan. Belum mampu memanggil mama/ibu dan papa/ayah secara spesifik kepada orangtua.
  • Usia 18 bulan. Anak tidak mampu memahami perintah tunggal sederhana dan kata sebatas hanya panggilan kepada orangtua.
  • Usia 2 tahun. Kosakata kurang dari 50 kata, belum dapat bicara kalimat terdiri dari 2 kata, dan hampir separuh dari omongan tidak bisa dimengerti.
  • Usia 3 tahun. Belum bisa bicara kalimat terdiri dari tiga kata, kosakata kurang dari 200 kata, lebih dari 75% omongan tidak bisa dimengerti.
  • Usia 4-5 tahun. Belum mampu mengungkapkan cerita sederhana.

Batasan Red flag dari masing-masing rentang umur ini, memudahkan orangtua untuk memahami pertumbuhan dan perkembangan anak. Apakah si kecil termasuk fase yang ideal atau tidak.

Bagaimana saat orangtua baru menyadari speech delay anak saat usia anak di atas 5 tahun? Dalam penjelasannya, dr. Denta menyampaikan jika anak tetap bisa melakukan terapi, namun yang perlu dipahami prosesnya akan lebih sulit dan lama dibanding anak yang sejak dini diberi terapi speech delay.

Kapan Anak Perlu Terapi Speech Delay?

Dalam keterangannya, dr Denta menjelaskan jika anak yang mengalami keterlambatan bicara perlu dilacak penyebab utamanya yang bisa dikarenakan gangguan organ pembentuk suara, gangguan pendengaran, gangguan perilaku, gangguan perkembangan umum, kurang stimulasi, masalah psikososial, atau penyebab lainnya.

Mendeteksi sedari awal tentang speech delay juga sangat penting, sehingga dapat menentukan langkah orangtua selanjutnya. Usia anak adalah usia paling dekat dengan urusan medis, baik untuk memantau kesehatan dan tumbuh kembangnya. Jadi, orangtua harus benar-benar mengetahui batasan anak saat mengalami speech delay.

Apakah anak yang mengalami speech delay langsung mendapatkan terapi? Ada proses screening yang harus dijalani saat tanda-tanda anak mengalami speech delay. Penyebab speech delay ini juga harus dipahami dengan baik. Dalam proses screening, orangtua bisa mendatangi faskes 1 (puskesmas) sehingga dapat dirujuk ke dokter spesialis.

“Setelah proses screening awal, jika diperlukan anak akan dikonsultasikan ke dokter THT, saraf atau ke bagian tumbuh kembang anak. Dari sini kita (orangtua dan dokter) tahu langkah apa yang perlu dilakukan,” jelas dr. Denta.

Stimulasi untuk Terapi Speech Delay

Ada banyak terapi yang digunakan untuk mengatasi speech delay antara lain terapi wicara, terapi sensori integrasi dan terapi okupasi. Yang perlu dipahami orangtua, salah satu yang mendukung efektifitas terapi speech delay adalah stimulasi pada anak.

Pilihan mainan yang tepat untuk anak yang speech delay adalah pendukung, peran orangtua mendampingi anak saat bermain sangat penting.

“Permainan seperti puzzle, balok-balokan, buku berwarna memang membantu proses terapi. Namun harus diimbangi dengan pendampingan anak. Jadi usahakan ada interaksi antara anak dan orangtua. Misalnya saat menyebut balok, orangtua menyebut balok dengan benar dan mengulanginya kepada anak,” jelasnya.

Dalam utas yang dibagikan dr. Denta (22/3) juga menyarankan agar anak lancar dan pintar bicara, salah satu cara yang digunakan adalah rajin berinteraksi dengan anak dari masih bayi. Ngobrol dan bicara hal-hal yang baik juga sangat disarankan.

Dalam ilmu parenting kehadiran orangtua sangatlah penting. Kehadiran orangtua di waktu terpenting anak adalah 90% kunci sukses parenting. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Sahabat Fimela. Jika si kecil mengalami hal yang tidak biasa dari tumbuh kembangnya ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading