Sukses

Parenting

UNICEF: Satu dari Tujuh Remaja Alami Gangguan Kesehatan Mental Akibat Pandemi

Fimela.com, Jakarta Pandemi Covid-19 tak kunjung berakhir meski telah dilakukan berbagai upaya untuk mengendalikan pandemi ini. U.N. Children’s Fund menegaskan terdapat kemungkinan anak-anak yang paling menderita akibat pembatasan bersosialisasi selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung berbulan-bulan lamanya. Penutupan sekolah dan pemisahan dari keluarga serta teman, berakibat pada kesehatan mental anak.

Secara global, terdapat perkiraan terbaru yang menunjukkan lebih dari satu dalam tujuh remaja berusia 10 hingga 19 tahun menderita gangguan kesehatan mental, sementara hampir 46.000 remaja melakukan bunuh diri setiap tahunnya.

Pernyataan Juru Bicara UNICEF

Dilansir VOA, Selasa (5/10/2021), juru bicara UNICEF James Elder mengatakan sebagian besar kondisi ini tidak ditangani akibat stigma yang melekat pada gangguan kesehatan mental dan kurangnya investasi dari pemerintah. Hanya sekitar dua persen dari anggaran kesehatan pemerintah yang dialokasikan untuk pengeluaran kesehatan mental.

“Dua puluh persen anak muda mengatakan mereka merasa tertekan dan memiliki minat yang sangat kecil pada berbagai hal. Itu sekali lagi merupakan indikasi yang jelas dari dampak Covid-19. Ada berbagai macam gangguan mental seperti kecemasan dan depresi serta bipolar yang diderita kaum muda,” ujarnya.

 

UNICEF Melaporkan Lebih Dari 1,6 Miliar Anak Terpaksa Putus Sekolah Akibat Pandemi.

Elder juga menambahkan kesehatan mental anak-anak memburuk saat ada gangguan pada rutinitas sehari-hari mereka seperti tidak bersekolah, tidak melakukan kegiatan rekreasi hingga tidak bersosialisasi dengan teman. Mulai dari negara kaya hingga miskin, masalah-masalah tersebut yang mempengaruhi kesehatan mental anak-anak di seluruh dunia.

“Tentu saja, jika Anda berasal dari negara di mana Anda tidak memiliki konektivitas, Anda tidak memiliki lapotop atau salah satu orang tua Anda memiliki $200 (sekitar Rp2,9 juta) sebulan, maka, tentu saja, tekanan dan kecemasan itu menjadi sebuah risiko. Gangguan kesehatan mental jauh lebih besar,” ucap Elder.

“Bahkan di beberapa negara termiskin di dunia, pemerintahnya dapat menghabiskan kurang dari satu dollar per orang untuk mengobati kondisi kesehatan mental,” tambahnya.

UNICEF menegaskan, biaya dalam mengabaikan gangguan kesehatan mental sangat besar. London School of Economics menunjukkan hampir $390 miliar (sekitar Rp27 juta) menjadi modal manusia hilang setiap tahun akibat gangguan kesehatan mental pada kalangan anak muda.

Kesehatan fisik dan mental itu sangat penting, lho! Jaga orang-orang terdekatmu agar kesehatan mentalnya tetap stabil ya Sahabat Fimela.

Ditulis: Atika Riyanda Roosni

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading