Lagi Ramai Bahas Sustainable Fashion, Gimana Sih Masa Depannya di Indonesia?

Iwan Tantomi pada 22 Agu 2021, 13:13 WIB

Fimela.com, Jakarta Sustainable fashion belakangan menjadi salah satu topik bahasan yang cukup ramai dibicarakan. Hal ini seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat, terutama para generasi milenial bahkan gen Z, yang tak hanya ingin menggunakan pakaian sekadar gaya-gayaan. Namun, bagaimana pakaian yang dibeli ini juga punya keunikan, hingga apakah mampu memberikan dampak keberlanjutan, baik kepada sekitar maupun lingkungan.

Topik menarik tentang sustainable fashion ini pun jadi bahasan menarik dalam salah satu conference di acara virtual Kompasfest. Para narasumber berkompeten yang dihadirkan bahkan tak lupa memberikan pandangannya tentang masa depan sustainable fashion di Indonesia. Seperti apa?

2 dari 4 halaman

Sustainable Fashion Perlu Diterapkan dari Hulu ke Hilir

Boleh dibilang sustainable fashion merupakan rangkaian proses yang perlu dilakukan secara berkesinambungan. Artinya, untuk membuat pakaian yang ramah berkelanjutan, maka pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan hingga proses pengolahan limbahnya juga perlu dipikirkan. Menjawab hal ini, Sheila Rachmat selaku Head of Marketing Communication Asia Pacific Rayon (APR), menjelaskan jika sustainable fashion ini harus dilakukan dari hulu ke hilir.

credit: APR

Sheila mencontohkan untuk mendukung sustainable fashion, APR menghadirkan serat viscose-rayon. Serat alami ini bersumber dari hutan tanaman industri (HTI) terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan. Dalam mendukung aspek berkelanjutan, APR menjamin serat rayon produksinya berasal dari sumber yang bertanggung jawab dan dikelola secara lestari lewat sertifikasi PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification).

Tak sampai di situ, sumber listrik untuk proses produksi bahan baku tekstil yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau ini sebagian besar bersumber dari energi biomassa terbarukan, sehingga memaksimalkan efisiensi energi di seluruh proses pabrik APR. Produk samping biomassa ini, menghasilkan listrik yang cukup untuk memberikan daya pada fasilitas produksi dan masyarakat sekitar. Dengan menggunakan biomassa terbarukan, APR dapat secara drastis mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan.

Tak hanya itu, APR juga memiliki teknologi 'Follow Our Fiber' yang memberikan keleluasaan kepada konsumen untuk melacak asal mula bahan baku kain asal pakaiannya. Dengan begitu, konsumen dapat memastikan sendiri bahwa serat dalam pakaian dikelola secara lestari, legal, dan sustainable.

credit: APR

Lewat serangkaian proses produksi yang berkelanjutan itu pun, APR menjadi produsen serat rayon terintegrasi yang mendukung penerapan sustainable fashion Indonesia.

“Kami percaya bahwa mendukung sustainable fashion merupakan satu kesatuan dari hulu hingga hilir. Kami memproduksi serat rayon di hulu, bermitra bersama pabrik benang dan kain, hingga bekerjasama dengan para fashion designer di hilir, yang harapannya sama-sama memiliki komitmen untuk membangun sustainable fashion di Indonesia,” ujar Sheila.

Melengkapi jaminan keberlanjutan dan mutu, produk APR telah memiliki label MADE in GREEN by OEKO-TEX®, USDA Biobased, Seedling, OK biodegradable, dan Medical Tested-Tested for Toxins dari FKT. Perusahaan juga memperoleh sertifikat manajemen mutu ISO 9001 dan sertifikat sistem manajemen lingkungan 14001 dan 45001 untuk sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.

3 dari 4 halaman

Viscose-rayon Dipilih Para Desainer untuk Produksi Sustainable Fashion

credit: APR

Dengan karakteristik yang mendukung industri fesyen yang berkelanjutan, serat rayon APR pun banyak dipilih para desainer maupun brand pakaian untuk menerapkan fesyen yang environmentally friendly.

Sebut saja Nonita Respati selaku Founder dan Creative Director Purana Indonesia yang turut menjadi narasumber, mengungkapkan jika asal-usul kain ini sangat penting. Membangun label Purana dari 12 tahun lalu, Nonita mengatakan kunci sukses brand untuk bisa memperbesar pasar salah satunya adalah kejelasan mengenai sumber bahan baku yang digunakan.

"Untuk masuk ke pasar internasional, original fabric itu harus jelas. Sumbernya harus jelas, dari mana kainnya, komposisinya seperti apa, misalnya berapa persen kandungan katun dan rayon di dalamnya. Setelah Purana bertemu dengan APR, kami merasa asal usul kain itu semakin penting, khususnya untuk memperluas pasar ke internasional," ujar Nonita.

Nonita mengatakan pasar internasional sudah lebih melek terhadap gerakan sustainable fashion dan memiliki permintaan yang cukup tinggi terhadap produk yang dapat dipertanggungjawabkan kelestariannya. "Di pasar internasional support mereka terhadap sustainable fashion sangat besar dan menjadi sangat penting bagi para brand untuk dapat menyesuaikan permintaan pasar sekarang ini."

Bukan hanya Nonita, Mutiara Kamilia Athiya selaku Founder THENBLANK yang turut menjadi narasumber juga sepakat bahwa pemilihan bahan baku yang tepat untuk menerapkan sustainable fashion. Brand yang konsisten hadir dengan konsep minimalis ini memilih kain yang berasal dari dari serat alami, salah satunya rayon sebagai bahan baku, sehingga koleksi-koleksi produknya bisa digunakan dalam jangka panjang.

"Sejak kami hadir pada 2012, kami memang berkomitmen untuk menciptakan karya yang bisa dipakai jangka panjang, sehingga akan meminimalkan sampah (tekstil). Kami juga sangat konsisten menggunakan serat alami, sebagai upaya mendukung sustainable fashion," katanya.

credit: APR

Sebagai informasi, serat rayon memiliki sejumlah keunggulan yakni biodegradable (mudah terurai), renewable (berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui) lembut, bernapas seperti katun serta sehalus sutera. Serat prima ini membuat produk garmen menjadi sangat nyaman dipakai dan tampak ringan. Area permukaan besar dari serat memberikan efek pencelupan yang luar biasa, sehingga membuat warna lebih memuaskan dan bercahaya. Serat rayon bisa dimanfaatkan membuat kain yang biasa digunakan untuk denim, kemeja dan pakaian santai. Bahan baku ini juga bisa dimanfaatkan sebagai kain berkualitas tinggi untuk gaun maupun kaus. Menariknya lagi, serat rayon juga bisa dimanfaatkan untuk bahan baku produk tekstil rumah, seperti handuk, sperai, taplak meja, serbet, hingga kain dekoratif untuk kalangan atas.

4 dari 4 halaman

Masa Depan Sustainable Fashion di Indonesia

credit: APR

Bagi Nonita, mengadopsi slow fashion artinya produsen dan konsumen sama-sama berupaya membantu bumi dari kerusakan lingkungan. Selain penting memilih bahan baku pakaian yang mendukung konsep sustainable fashion, Nonita juga mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan brand untuk mendukung penerapan fesyen yang berkelanjutan.

"Pemilihan bahan yang kita gunakan, pengelolaan limbah yang baik, hingga implementasi pewarna alam atau buatan yang dipakai. Ini jadi fokus bagi Purana untuk berkarya sekaligus menjaga kelestarian lingkungan," ujarnya.

Meskipun seluruh proses tersebut menjadikan biaya produksi menjadi lebih tinggi, Nonita mengatakan ke depannya masyarakat diperkirakan tidak akan keberatan untuk membayar pakaian lebih tinggi demi menggunakan pakaian yang mendukung kelestarian lingkungan.

"Akan semakin banyak orang yang mau membayar lebih untuk produk sustainable fashion karena mereka tau harga itu setara dengan dampak yang bisa kita upayakan terhadap lingkungan. Seperti di Los Angeles saat ini, butik fesyen di sini sangat mementingkan aspek transparasi, keberlanjutan hingga women empowerment dalam pembuatan koleksinya. Dan saya percaya akan semakin besar tren ini ke depannya," ujarnya.

Setali tiga uang, Mutiara mengatakan sustainable fashion adalah perjalanan menuju fesyen yang lebih baik untuk lingkungan. Bagi dia, saat ini pekerjaan rumah bagi para brand adalah untuk mengajak lebih banyak lagi produsen, konsumen, dan penikmat seni untuk menyuarakan pentingnya penerapan sustainable fashion.

"Bagaimana kami bersama brand-brand lain lebih vokal menyuarakan ini. Sustainable fashion adalah journey dan banyak yang bisa dimulai, misalnya bagaimana kemasannya, materialnya, hingga kerjasama untuk edukasi dengan cara yang menyenangkan, khususnya kepada generasi millennial dan gen-z untuk lebih melek sustainable fashion," ujarnya.

Sementara itu, Sheila mengatakan bahwa kolaborasi antar pihak menjadi kunci utama untuk menggemakan penerapan sustainable fashion di Indonesia. Dengan begitu, masa depan fesyen akan berdampingan dapat lestari untuk lingkungan sekitar. "Dengan pesan yang konsisten dan tindakan nyata untuk menyuarakan ini, kami harapkan semakin banyak terlibat untuk mempraktikkan aspek sustainability dalam fesyen di Indonesia," ujarnya.

Tag Terkait