Sukses

Beauty

FIMELA FEST 2019: Jangan Sepelekan Body Shaming, Sebab Ini yang Akan Terjadi Pada Korban

Fimela.com, Jakarta "Kamu ko gendutan", "udah lama ngga ketemu, kamu gendutan ya", "makan dong, kurus banget", kata-kata ini tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Biasanya, kata-kata tersebut dilontorkan sengaja atau bahkan hanya basa-basi. Kata negatif tersebut merupakan body shaming atau prilaku mengomentari fisik diri sendiri hingga orang lain. Body shaming ini merupakan bullying secara verbal.

Padahal, tanpa disadari keritik tetang tubuh tersebut dapat melukai perasaan korban body shaming. Paling sederhana efek dari body shaming ialah seseorang menjadi tidak percaya diri karena bentuk tubuhnya.

Di setiap kesempatan korban body shaming akan merasa minder karena kondisi fisiknya, alhasil ia justru menyendiri.

 

 

Hal ekstreme

Parahnya efek dari body shaming dapat menimbulkan gangguna kesehatan mental. Ahli Hypnotherapy Floranita Kustendro pun mengatakan, kata-kata kasar yang menyakiti hati orang mengenai fisik seseorang dapat membuat korban trauma dan bahkan muncul keinginan untuk bunuh diri.

Bahkan, kritikan negatif terhadap tubuh dapat membuat seseorang melakukan hal ektrem pada tubuhnya. Misalnya, diet dan olahraga berlebihan agar terlihat kurus.

Laporan penelitian Irene Teo dari Health Psychology Research Group, University of Houston, Texas, Amerika Serikat, mengatakan tindakan body shaming dapat membuat seseorang depresi, yang tentunya memengaruhi tingkat depresi wanita. Body shaming menyebabkan rasa malu terhadap bentuk tubuh begitu tinggi sehingga depresi pun meningkat.

"Rasa malu terhadap tubuh yang lebih besar berujung pada menurunnya harga diri wanita, lebih rendah. Akibatnya, depresi meningkat," papar Irene.

Melihat efek negatif dari body shaming, tentu kita jangan lagi anggap wajar masalah ini. Untuk mengetahui lebih jauh, Psikolog Tara de Thouars akan berbagi banyak hal tentang jangan anggap remeh body shaming dalam gelaran FIMELA FEST 2019 yang akan digelar pada 16-17 November 2019.

Tara de Thouars adalah psikolog yang sering menangani permasalahan pada pengembangan diri seseorang. Ia menyelesaikan program double degree untuk gelar Bachelor of Art in Psychology dari University of Queensland dan Sarjana Psikologi dari Universitas Indonesia.

Selain Tara, adapula Wenny Dewanti, seorang makeup artist bersertifikasi dari Korea Selatan. Jadi tunggu apalagi, yuk daftarkan dirimu di sini

Simak video berikut

#Growfearless with Fimela

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading