Sukses

Beauty

8 Tren Kecantikan yang Bisa Dicoba di 2022 Menurut Dokter

Fimela.com, Jakarta Tahun 2021 sudah berlalu, berbagai fenomena terjadi seiring dengan adanya pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 2 tahun di mana setiap orang harus selalu beradaptasi, termasuk perihal perawatan kulit dan kecantikan.

Dua tahun terakhir disibukkan tentang bagaimana cara menjaga kesehatan kulit wajah serta merawat diri sendiri di rumah dengan menggunakan berbagai produk antikuman dan atau antivirus. Belum lagi, Maskne (mask acne) muncul sebagai masalah kulit baru yang menimbulkan jerawat akibat penggunaan masker.

Memasuki tahun baru 2022 ini, orang-orang membuat berbagai resolusi demi meningkatkan kualitas hidup, termasuk menjaga penampilan kulit agar tetap cantik dan sehat. Berbagai macam metode dilakukan untuk mengatasi masalah kulit, mulai dari melakukan perawatan mandiri di rumah hingga perawatan di klinik atau salon kecantikan.

Dokter konsultan sekaligus chief cosmetic scientific and research department  of  PT. Kaizen Aesthetic Medicore, Dr. dr. Trifena, MSi (Herb. Est), MBiomed (AAM) menyoroti beberapa aspek industri kecantikan yang akan menjadi tren kecantikan tahun 2022. '

Dari teknologi kecantikan hingga perawatan kulit berbasis ilmiah, berikut tren kecantikan yang diperkirakan akan terjadi di tahun 2022.

1. Skinimalism

Skinimalism berfokus pada penggunaan produk perawatan kulit seminimal mungkin untuk mendapatkan manfaat maksimal bagi kulit. Produk dengan konsep skinimalism misalnya toner dengan asam salisilat untuk membersihkan jerawat dan komedo, kemudian produk pelembap yang dilengkapi tabir surya. 

Dengan memilih produk yang berfungsi ganda (multitasking products) ini  akan menjadi langkah praktis perawatan kulit seraya tetap memberi perhatian yang tetap maksimal bagi kulit.

Dikutip dari data yang dirilis Shalmont 2020, industri kecantikan pun telah menghasilkan 120 miliar kemasan setiap tahunnya dan kebanyakan kemasan tersebut tidak dapat didaur ulang. Jadi selain menghemat waktu (dan uang), rutinitas perawatan kulit skinimalism dianggap membantu meminimalisir pencemaran lingkungan.

2. New Glow

Glowing atau whitening product menjadi varian teratas yang dicari, khususnya oleh pasar Indonesia, karena paradigma cantik Indonesia masih tentang kulit putih, kinclong, mulus tanpa noda.

Itulah sebabnya tahun lalu produk yang menggunakan high dose dan exfoliating agent seperti niacinamide, AHA, dan retinol menjadi hype. Penggunaan produk dengan kandungan demikian sebenarnya tidak ada salahnya jika disertai dengan pantauan dan cara penggunaan yang benar.

“Kandungan produk semacam itu lazim disebut dengan istilah medical grade skincare, tidak menimbulkan masalah jika digunakan di bawah pantauan dokter. Namun menjadi masalah ketika produk tersebut diproduksi secara massal dan digunakan tanpa pemberian informasi yang jelas dan benar,” ujar Dr. Trifena

Didukung dengan pemahaman tentang skincare yang baik dan benar, serta propaganda tentang konsep cantik yang tidak selalu harus putih, maka paradigma masyarakat tentang white atau glow berangsur berubah di tahun ini. Masyarakat Indonesia mulai berfokus bukan sekedar tampak putih, tetapi juga pada bagaimana membuat kulit tampak bercahaya, sehat, dan “hidup”.

3. Efficacious & Evidence-based skincare

Di tahun 2022, pengguna skincare semakin tertarik untuk memahami efikasi dan bukti ilmiah dalam setiap formulasi  produk perawatan kulit. Efikasi  merujuk pada produk perawatan kulit yang memiliki manfaat yang baik dan terbukti secara ilmiah, tidak hanya sekedar wangi dan nyaman digunakan.

Penggunaan produk dengan kandungan zat aktif yang memelihara microbiome dan skin barrier adalah salah satu contoh meningkatnya minat  masyarakat terhadap produk perawatan kulit berbasis ilmiah dan berefikasi tinggi.Tren perawatan kulit microbiome berdasarkan dari bukti ilmiah terkait keseimbangan sistem agregat dan kompleks mikroorganisme yang hidup di kulit manusia – jenis bakteri baik yang melawan patogen, menangani infeksi dan bertahan melawan polutan lingkungan yang harus dalam keadaan seimbang dengan bakteri patogen penyebab masalah kulit.

Sementara itu, produk dengan bahan yang melindungi skin barrier akan tetap menjadi tren seiring semakin meningkatnya kebutuhan medical skincare.  Produk dengan  skin barrier protection akan membantu memperkuat dan mendukung struktur barrier kulit.

Hal ini diperlukan untuk mencegah hilangnya kelembapan, rusaknya struktur kulit, serta mencegah kulit dari bakteri jahat atau iritasi eksternal.

“Bila sistem barrier kulit terganggu, kulit akan rentan terhadap kekeringan, pengelupasan berlebihan, kemerahan, rasa terbakar, perih, sensitivitas; yang mana dapat memperburuk kondisi kulit seperti timbulnya jerawat dan dermatitis. Selain itu, kerusakan ini akan membuat kulit lebih sulit untuk mentolerir produk perawatan kulit, khususnya yang mengandung bahan-bahan seperti retinoid atau exfoliator,” ujar dr. Trifena.  

4. Stres Care is the True Skincare

Apakah menyadari munculnya jerawat di masa pandemi (maskne) adalah salah satu contoh yang menunjukkan korelasi stres dengan kecantikan kulit kita? Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh dan ternyata menjadi indikator tentang apa yang terjadi di dalam tubuh.

dr Trifena, yang meraih doktor di bidang anti-aging medicine menjelaskan stres memicu pelepasan hormon yaitu kortisol yang merupakan bahan kimia yang berfungsi merangsang respons fisiologis dalam tubuh kita.

Pelepasan kortisol yang tidak terduga dan berlebihan yang dipicu stres akan mengganggu hormon lain. Hal inilah yang memicu peningkatan produksi sebum, salah satu penyebab timbulnya jerawat.

“Jadi, prinsip dan fakta utamanya ialah perhatian khusus terhadap manajemen stres merupakan perawatan tubuh yang sejati, tidak terkecuali kulit.  Pengaturan jam tidur yang baik serta pemilihan jenis makanan yang sehat menjadi dasar perawatan stress care yang tentunya berdampak positif pada kecantikan dan kesehatan kulit,” ujarnya.

Munculnya produk anti- stress skincare pun dapat mengoptimalkan hasil perawatan kulit tersebut, yakni produk skincare dengan kandungan zat aktif yang dapat merelaksasi kulit, memberi nutrisi, dan mencegah efek buruk lingkungan.

5. Beauty-tech and Personalized Skincare

Sejak beberapa tahun terakhir, sebagian produk kecantikan dengan brand ternama melengkapi produk mereka dengan alat portable yang dapat meningkatkan efikasi produk yang digunakan, misal produk dermapen, galvanik, lifting effect, light therapy, dan lainnya.

Kini telah muncul beberapa teknologi inovatif seperti alat analisis kulit yang dapat digunakan saat berbelanja online, yang memudahkan proses berbelanja produk kecantikan secara lebih otomatis tanpa harus berkonsultasi langsung. Hal ini menjadi dukungan bagi terciptanya personalized skincare, karena pada dasarnya setiap orang memiliki kebutuhan perawatan kulit yang berbeda.

6. Hybrid Beauty

Hybrid beauty merupakan proses penggabungan beberapa bahan dan manfaat dalam satu produk kecantikan agar dapat saling melengkapi, sehingga bisa menikmati dua atau lebih manfaat perawatan kulit dalam satu produk saja.

Contohnya seperti alas bedak tetapi mengandung serum pengencang, lip cream yang mengandung antipolutan dan antioksidan. Produk-produk ini selain mengusung konsep skinimalism, juga sesuai dengan tren saat ini dimana semua orang dituntut aktif dan bergerak cepat serta dapat mengefisiensi waktu.

7. Anti-blue light Skincare

Penelitian menunjukkan blue light dari perangkat elektronik seperti gadget, laptop, atau komputer yang kerap dipakai sehari-hari dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel kulit, termasuk kematian sel yang dapat mempercepat proses penuaan. Selain itu, satu penelitian menyebutkan bahwa blue light disinyalir dapat memicu timbulnya perubahan pigmen pada orang yang berkulit gelap.

Produk dengan zat aktif anti-blue light dan antioksidan, vitamin seperti niacinamide dan vitamin C, serta broad spectrum SPF, dapat menjadi produk yang dapat mengurangi efek buruk blue light.

“Produk dengan konsep anti-blue light dapat dihadirkan sebagai serum, mist, dan bentuk lainnya” ujar dr. Trifena.

8. Beauty Care is Networking Care

Beberapa kandungan zat aktif menjadi booming tidak terlepas karena peranan skinfluencer dan networking media seperti Instagram, TikTok, dan Facebook. “Sebagai contoh, zat yang sudah sejak lama digunakan dalam formulasi skincare seperti niacinamide mendadak jadi primadona berkat diviralkan oleh berbagai influencer di media sosial,” tutur dr. Trifena.

Lebih lanjut, dr. Trifena mengatakan bahwa industri kecantikan nyatanya makin berkembang pesat, bahkan tidak hanya berfokus tentang bagaimana menghasilkan produk yang berkualitas, tetapi juga menjaga networking mereka.

Tidak heran jika pada tahun ini mungkin akan banyak ditemukan penjualan produk kecantikan yang dikolaborasikan dengan kopi, minuman atau makanan lainnya, atau mungkin produk lain yang rasanya tidak berhubungan langsung dengan produk kecantikan.

Demikian 8 tren kecantikan yang diperkirakan akan terjadi di sepanjang tahun 2022, berani coba?

#women for women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading