Sukses

Entertainment

Bintang 3 Generasi, Jiwa Rima Melati Melekat pada Akting

Fimela.com, Jakarta Mendengar nama Marjolien Tambajong mungkin masih sangat asing di telinga sebagian pencinta film Tanah Air. Namun, bagaimana dengan Rima Melati? Tentu sudah sangat familiar bukan? Ya, wanita yang tahun ini menginjak usia 77 tahun itu diketahui sangat aktif dalam berkarya sebagai pemeran sejak 1958 silam. Bukan perkara mudah memang untuk bertahan lebih dari setengah abad di perfilman Indonesia.

***

Bakat seni seakan sudah mendarah daging dalam diri Rima adalah salah satu kunci eksistensinya. Mengawali karir sebagai model, istri dari almarhum aktor Frans Tumbuan ini akhirnya mulai jatuh cinta pada seni peran yang pada mulanya tak pernah terbesit. Film pertama yang dibintangi Rima yakni Djuara Sepatu Roda pada 1958 silam karya sutradara Wim Umboh.

Eksklusif Rima Melati (Fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Khaanan, Make up: First, Bintang.com) 

Perlahan namun pasti, akting Rima mulai diterima masyarakat Indonesia. Sederet judul film berhasil dibintanginya. Tercatat hingga usia karirnya yang menginjak 58 tahun, Rima sudah tampil di hampir 99 judul film layar lebar. Tak hanya piawai berakting di depan layar, wanita kelahiran Tondano, 22 Agustus 1939 ini pernah menjajal bangku sutradara untuk film Bali Forever (2007) dan Blanco, the Colour of Love (1997).

Nama Rima Melati sendiri didapatnya dari Ir. Soekarno. Karena dianggap terlalu kebarat-baratan, presiden pertama Republik Indonesia itu mengganti nama Marjolien Tambajong menjadi Rima Melati sekitar awal 1960-an. Inspirasi nama Rima sebetulnya didapatkan dari Marjolien sendiri. Ia dilhami oleh tokoh Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959).

Saat itu, Marjolien tengah mengandung anak keduanya yang ingin diberi nama Rima jika perempuan. Sayangnya, janin itu meninggal sebelum dilahirkan. Putri perancang busana Non Kawilarang ini merasa sangat terpukul hingga membuatnya berkeluh kesah dengan Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima dan akhirnya dikombinasi dengan Melati.

Eksklusif Rima Melati (Fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Khaanan, Make up: First, Bintang.com)

Di masa keemasan karirnya, Rima harus menerima kenyataan pahit. Dalam tubuh bintang film Intan Berduri ini bersarang sel-sel ganas kanker. Ia pun memutuskan untuk berhenti dari kebiasaan merokok yang sudah dimulainya sejak usia 16 tahun. Serangkaian pengobatan dilakoninya demi mendapatkan tubuh yang bugar lagi.

"Saya pernah mengidap kanker. Saat itu saya menjalani pengobatan di Belanda. Puji Tuhan, saya bisa disembuhkan karena banyak yang nggak bisa disembuhkan. Harus pinter-pinter jaga badan. Kalau sudah ada kejanggalan harus segera datang ke dokter. Harus jadi orang yang selalu mencari tahu," ungkap Rima Melati.

Selain bercerita tentang pengalamannya selama berjuang melawan kanker, Rima juga berbagi tentang perjalanannya selama berkarir di dunia hiburan, pandangannya tentang kondisi perfilman Indonesia, serta harapan untuk karirnya ke depan. Berikut petikan wawancara Regina Novanda dan fotografer Nurwahyunan saat pemotretan eksklusif Bintang.com 18 Artis dari 3 Generasi di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta Pusat.

Perjalanan Karir dan Talenta Baru

Seperti padi, kian berisi kian merunduk. Peribahasa ini seakan menggambarkan betul kepribadian Rima Melati. Sebagai senior, Rima tentu sudah merasakan asam garam selama berkarir di dunia hiburan. Namun, dirinya tak pernah merasa tinggi hati, ia justru tak sungkan untuk berbagi kepada insan-insan baru perfilman Indonesia.

Bagaimana perasaannya menjadi salah satu ikon film di pemotretan bintang 3 generasi?

Saya merasa bangga juga dapat terpilih karena banyak yang lain yang lebih cakep-cakep dan sudah lama juga. Saya dipilih sangat bahagia.

Apakah ada persiapan?

Sebetulnya, nggak ada persiapan yang khusus karena saya tahu kalau untuk pemotretan ini ada yang make up, ada yang ngasih bajunya juga, jadi komplit gitu.

Bisa diceritakan kembali awal mula terjun ke film?

Lupa. Mungkin dulu pernah jadi pragawati, lalu keliatan sama orang yang sedang nyari-nyari bakat dan tiba-tiba diminta untuk main film. Perasaan saya tuh, semua sudah diatur sama Yang Maha Kuasa.

Eksklusif Rima Melati (Fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Khaanan, Make up: First, Bintang.com)

Hal yang paling menarik saat syuting film?

Banyak teman. Membuat kita sadar kalau kita selalu harus tampil nggak boleh sembarangan. Dalam segala hal harus selalu terus memperbaiki diri agar jadi kepribadian yang lebih baik.

Kapan mulai jatuh cinta pada film?

Sudah lama banget. Saya sekarang sudah 76 tahun. Nggak dari kecil, mungkin mulai jatuh cinta saat saya diminta main oleh Usmar Ismail yang kebetulan teman baik ibuku. Awalnya jadi pemain apa saja, yang numpang lewat.

Pencapaian tertinggi selama karir di film?

Dapat Piala Citra untuk kategori Aktris Terbaik tahun berapa ya saya lupa. Perasaannya pas pertama kali dapat itu senang banget, bangga.

Susah nggak sih dari catwalk ke akting?

Nggak terlalu susah. Mungkin sudah ada di dalam (bakat), ya.

Pernah merasakan masa sulit selama berkarir di film?

Nggak ada. Senang-senang saja. Cuma waktu sinetron itu harus setiap hari, dari pagi sampai malam. Saya rasa cukup deh, sekarang film saja.

Eksklusif Rima Melati (Fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Khaanan, Make up: First, Bintang.com)

Membagi ilmu akting dengan anak muda?

Biasanya saya mengajarkan pada anak-anak yang baru main. Saya suka bilang agar mereka biasa saja, jangan main sama saya jadi malah kaku. Tapi saya sebagai aktris yang sudah lebih lama harus memberikan mereka suatu keberanian. Saya harus lebih merendahkan diri agar dapat mengajarkan mereka.

Bagaimana talenta-talenta muda di film Indonesia?

Sayangnya, kebanyakkan yang milih hanya melihat wajah cakep saja. Tapi emang ya, wajah cakep itu bisa dibuat pakai make up. Jadi yang paling penting adalah personality atau kepribadian. Jangan jadi sombong dan lebih memperdalam saja.

Menurut Tante Rima, artis Indonesia yang bagus saat ini siapa?

Sekarang banyak yang bagus-bagus. Makanya saya sangat bangga. Saya lihat akting mereka sekarang sudah bagus-bagus, sudah sangat menyatu. Ternyata banyak sekali masyarakat yang ingin jadi bintang film, mereka berusaha untuk bisa memerankan segala macam peran. Ada kemajuan yang sangat pesat di dunia perfilman dan pertelevisian.

Wejangan untuk insan film indonesia?

Ya, pokoknya harus selalu banyak belajar karena kita memerankan banyak karakter. Kita lihat orang-orang yang baik gimana. Sekarang aksesnya mudah, di televisi ada, bioskop.

Tak Dapat Hidup Tanpa Film

Film seakan sudah mendarah daging dalam diri Rima Melati. Sudah lebih dari 50 tahun Rima menekuni dunia ini. Tak banyak asa yang disematkan untuk karirnya, Rima hanya ingin dapat terus menghasilkan karya terbaik meski sudah berusia senja.

Apa makna film bagi Tante Rima?

Penting. Saya di rumah kalau nggak nonton film, kayaknya nggak bisa tidur. Saya sangat senang dengan film. Saya dikasih kesempatan buat main film, bahkan sampai tua. Itu bukan sembarangan, kepribadian kita mesti diasah, menjadi orang yang lebih pinter, dalam arti kata akting. Pinter dalam pergaulan. Banyak hal yang diperlukan untuk menjadi orang yang dikenal publik.

Saat perfilman indonesia mati suri, bagaimana perasaannya?

Mungkin film loyo karena banyaknya sinetron, jadi orang nonton di rumah saja di TV. Tapi cuma sebentar saja. Karena masih banyak film-film asing, akhirnya Indonesia bikin film bagus.

Apa yang dilakukan saat itu?

Kebetulan ketika tahun 90-an saya terditeksi kanker payudara membuat saya sibuk berobat ke Belanda dan akhirnya sembuh. Saya kemudian buat Yayasan Kanker Payudara bersama ibu Linda Agum Gumelar karena kebetulan saat itu beliau menjabat menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Dari sana saya belajar dan dapat menyebarluaskan bagaimana hidup yang sehat.

Eksklusif Rima Melati (Fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Khaanan, Make up: First, Bintang.com)


Melihat perfilman Indonesia selama tiga dekade, perubahan paling signifikan pada era kapan?

Saya nggak inget yang sedang bagus-bagusnya itu kapan. Karena sempat ketika sinetron sedang bagus, perfilman justru mundur yang buat orang lebih suka nonton sinetron. Tapi itu nggak lama. Akhirnya mereka nonton film lagi, karena cerita film banyak yang dapat dicontoh.

Apa bedanya syuting pada era dahulu dan sekarang?

Sekarang enaknya banyak kamera, dulu kadang hanya satu saja kameranya. Jadi lebih berat. Kalau capeknya tergantung orangnya cinta nggak main film. Karena main film kalau tujuannya hanya untuk populer itu sudah nggak benar.

Tujuan main film?

Saya senang, saya suka akting. Sebab, saya dari kecil ibu saya yang perancang busana itu Non Kawilarang, ngajarin saya buat jadi peragawati. Memang ini (film) ternyata menjadikan saya orang yang bertanggung jawab. Karena kita harus terlihat bagus, nggak sembarangan. Jangan cuma cantik saja, tapi you have be a personality. Harus jadi orang yang punya kelebihan dan bisa dibanggakan.

Apa yang belum dilakukan selama ini dalam berkarir di film?

Sebetulnya, nggak ada. Bukannya sudah puas, tapi saya sangat berterima kasih karena sampai sekarang kalau saya jalan, orang masih mengenali saya. Saya selalu menekankan dalam diri saya agar selalu berterima kasih pada Tuhan. Itu pesan dari ibu saya. Sekarang saya ajarkan itu ke anak dan cucu.

Eksklusif Rima Melati (Fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Khaanan, Make up: First, Bintang.com)

Tertarik untuk menfilmkan kisah cinta dengan almarhum suami (Frans Tumbuan)?

Nggak usah, buat apa? Tidak lah. Saya sering bercerita di media seperti majalah yang membuat cukup banyak orang terinspirasi. Sekarang saya memang telah kehilangan suami, tapi saya punya sosok Widyawati yang selalu menemani saya. Dia juga telah kehilangan suaminya (Sophan Sophiaan) lebih dulu dari saya. Kami sangat dekat, saya menganggap dia seperti adik sendiri.

Harapan untuk film Indonesia ke depan?

Orang seperti Teguh Karya hampir nggak ada. Tapi semoga perfilman Indonesia dapat terus lancar. Ternyata sangat diperlukan untuk masyarakat luas. Dari anak-anak sampai orangtua nonton TV setiap hari di rumah. Untuk nonton film, itu paling enak di TV. Saya minta dengan sangat agar dapat mengapresiasikan film-film buatan anak bangsa yang tidak kalah sama film luar. Semoga film-film Indonesia di bioskop-bioskop tidak dilupakan. Bintang.com beri tahu lah segala perkembangan dari dunia perfilman.

Harapan untuk karir ke depannya?

Saya hanya berharap dapat terus diberikan kesehatan. Kalau nanti ada orang-orang yang nanya, saya bisa jawab. Lalu, dapat hidup sehat terus, karena anak-anak dan cucu-cucu saya. Apalagi selepas kepergian om Frans, saya merasa seperti ada kekesongan yang sangat, tapi saya harus move on dan go on. Dia akan terus melindungi saya di tempatnya sekarang. Saya selalu berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dan mengajarkan hal-hal yang baik kepada yang perlu.


Rima Melati berhasil membuktikan bahwa usia tak pernah menghalangi dalam berkarya. Keseriusannya meniti karir sebagai pemeran telah menghantarkannya ke gerbang kesuksesan. Namun, Rima Melati tak pernah merasa puas. Karena baginya, akting adalah jiwa yang akan selalu melekat selama hidupnya. Sukses selalu, Rima Melati.

 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading