Sukses

Entertainment

Eksklusif Rif, Abbey Road dan Euforia Rock di Masa Kini

Fimela.com, Jakarta Musik rock tak pernah mati. Begitu pula dengan para musisi yang konsisten mengusung genre musik yang mendominasi scene musik tanah air di era 80, 90 hingga 2000an. Rif, atau biasa ditulis /rif merupakan salah satu tokoh penting di kancah rock Indonesia.

***

Perjalanan karier musik /rif saat ini telah mencapai usia 22 tahun. Banyak tantangan, peluang hingga perubahan mewarnai kiprah mereka sebagai band rock. Namun satu yang tak berubah, /rif tetap setia dengan karakter musiknya.

Eksklusif Rif (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Tak bisa dipungkiri selera musik masyarakat memang selalu berubah-ubah. Berbagai macam genre silih berganti, begitupun regenerasi yang menjadi hukum alam di bidang entertainment. /rif telah menjadi band lintas zaman yang masih digandrungi hingga kini.

Band yang digawangi Andy, Ovy, Jikun, Teddy dan Maggi tetap memegang teguh identitas musik mereka dari masa ke masa. Musik /rif masih dikenal dengan lirik lugas dan energi yang meluap-luap.

"Kita nggak ngikutin arus ke musik zaman sekarang, jujur aja kita nggak tahu. Yang jelas /rif dari dulu ya begini musiknya, nggak macem-macem," ujar Jikun, gitaris /rif kepada Bintang.com.

Eksklusif Rif (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Lebih dari dua dasawarsa, /rif tetap bersemangat menyalurkan ekspresi lewat musik. Deretan jadwal manggung siap dihajar oleh band asal Jawa Barat ini.

Sejumlah pencapaian telah diraih /rif, yang membuat para personelnya terus terpacu untuk berkarya. Bahkan mereka sempat mencicipi rekaman di Abbey Road, salah satu destinasi impian para musisi ternama. Kepada Bintang.com, /rif mengungkapkan perspektif, impian dan memaknai diri sebagai insan musik rock. Simak selengkapnya di kutipan wawancara eksklusif kami berikut ini.

Rif tentang Abbey Road dan Kejayaan Musik Rock

Menjamurnya musik-musik EDM tak mematikan geliat musik rock di Indonesia. Hal tersebut dirasakan oleh /rif yang masih memiliki jadwal manggung yang cukup padat.

Tampil menggebrak dari panggung ke panggung, /rif menyadari era rock masih belum usai. Karena itu selagi mempersiapkan materi album, mereka juga sibuk memeriahkan sejumlah event musik. Mereka juga berbagi tentang pengalaman recording di Abbey Road, Inggris.

Eksklusif Rif (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

/rif sedang sibuk dengan project apa sekarang ini?

Andy: Project recording sih rencana ya, saat ini belum mengarah ke situ. Rencananya ya pasti bikin album, tapi kita merilis single single dulu. Kayak single Nikmati Aja belum setahun, baru beberapa bulan lalu rilis. Itu pun masih dalam proses penggarapan full album baru nantinya. Sama paling manggung sih, karena jadwal manggung /rif ke depan event-nya unik-unik. Kaya kita main di Prambanan Jazz Festival, di mana kita tertantang untuk menampilkan sesuatu yang unik.

Manggung di event jazz tantangannya seperti apa sih?

Jikun: Kita pernah main di event jazz itu di Java Jazz 2013 kalo nggak salah. Nggak ubah aransemen jadi jazz, tetep main dengan musiknya /rif alternatif dan berkolaborasi dengan pemain jazz. Lalu dia improvisasi dengan permainan jazznya dia. Di situlah keunikannya. Mungkin di Jazz Prambanan akan seperti itu.

Menurut /rif musik rock masih berjaya di era yang serba EDM seperti sekarang?

Ovy: Masih ya, tapi di komunitas. Kayak event-event off air banyak yang mengusung tema rock, tapi nggak masuk ke TV. Udah jarang banget yang kaya gitu. Karena mungkin produser memilih musik yang laku ya yang seperti itu. Kalo sponsor off air jalan terus. Kita kemarin aja abis tur sama God Bless. Secara massa emang masih besar.

Eksklusif Rif (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Kemarin sempat rekaman di Abbey Road, kesan-kesannya seperti apa?

Jikun: Beda lah. Mungkin yang kita temui di sana adalah operatornya ya. Jadi kita rekaman pake live recording, ada dua orang. Satu yang operating analog, masuk ke dalam studio dan ngerasain lagunya seperti apa. Waktu itu dia baru dengar lagunya hari itu juga karena kita datang langsung main. Satu lagi yang bagian digital, mixing mastering.

Ovy: Kita sih ngerasa didukung banget, padahal kita baru ketemu waktu itu. Puas sih rekaman di sana, mereka sediain apa yang kita pengen. Dari set drum apa sampe ampli apa disiapin semua. Mereka juga bilang udah jarang banget band yang kaya kita, band rock dengan dua gitar.

Progress album itu sejauh mana sekarang?

Andy: Dulu kita dapet kesempatan di sana, bekerja sama dengan pihak yang mempromotori kami rekaman di sana satu album. Memang rencananya album itu buat dirilis di pasar Eropa, cuman saat ini masih dalam proses. Kami sudah melakukan kewajiban kami, bikin lagu, rekaman. Dan sekarang pekerjaan mereka ke tahap selanjutnya, yang ternyata nggak segampang itu. Kita menunggu kabar aja. Kalau iya ya kita bersyukur, kalau nggak ya kita sudah mencoba untuk itu. Kesempatan itu ya kesempatan langka yang kita lalui. Selagi kita menunggu ya kita recording lagi untuk album penuh, kaya single Nikmati Aja itu.

Band Rock Legendaris yang Sederhana

Sepak terjang /rif di scene rock memang belum sesenior God Bless. Namun konsistensi mereka dalam berkarya patut diapresiasi. Mungkin terlalu dini, tapi tidak berlebihan menyebut /rif sebagai band legendaris.

Sejauh mana /rif akan eksplor, akankah memasukkan unsur musik modern seperti EDM?

Jikun: Kita belum tahu ya, seberapa penting musik seperti EDM dimasukkan ke musik /rif. Sejauh ini yang kita coba ngejam musiknya ya nyari sendiri. Mungkin gambarannya kayak di single Nikmati Aja, kurang lebih seperti itu.

Eksklusif Rif (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Ada perubahan dari segi cerita lagu? Tema apa yang diangkat /rif dalam karyanya?

Andy: Nikmat hidup. Tentang cinta iya juga. Tapi dengan usia dan perjalanan kita yang udah nggak kaya dulu. Cintanya mungkin yang lebih luas, bisa cinta negeri, lingkungan, family, teman. Bukan yang patah hati diputusin pacar.

Kita lebih suka lirik yang indah, menyemangati, tidak dalam bahasa yang sulit sih. Musik /rif bukan musik-musik yang sulit dicerna. Bahasa yang disampaikan harus sederhana. Berdasarkan kejadian nyata, bukan khayalan. Apa yang kita alami ya itu jadi tulisan.

Berusia lebih dari 2 dekade, apa rahasia sukses /rif?

Jikun: Sering-sering wisata, ha ha ha

Andy: Karena kita masing-masing udah berkeluarga jadi ya kalo libur udah masing-masing. Kalau udah baru kita kerja lagi. Mungkin untuk menjaga musikalitas dan teknik bernyanyi. Uniknya di /rif itu di samping kita selalu berlima, ya mempersilakan temen-temen untuk melakukan apa yang dimau di luar /rif dengan musikalitas masing-masing. Kayak Jikun kalau lagi tidak dengan /rif ya beda, atau Maggi bakal beda juga. Itu bisa jadi ide baru, kalau cocok bisa dimasukkan ke /rif.

Eksklusif Rif (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Apa mimpi yang saat ini jadi target untuk /rif?

Ovy: Kita sih berkarya aja ya. Sampe mana karya kita nanti ya kita nggak tahu. Dijalanin aja dulu.

Andy: Kita termasuk band yang lama juga. Karena seangkatan kita yang bertahan ada beberapa. Panggungnya masih banyak dan kami bersyukur tentunya, dengan berusaha membalas kepercayaan pecinta musik Indonesia untuk mencintai musik /rif dengan memberikan pertunjukan yang baik buat mereka.

Tanggapan kalian disebut sebagai band legendaris?

Jikun: Nggak tau ya. Kita nggak pernah mikir ke situ. Buat kita yang penting berkarya aja sih, dan selalu bersenang-senang di atas panggung.

Eksistensi /rif bisa menjadi panutan bagi band-band lain untuk terus memperjuangkan musiknya. Usia 22 tahun, /rif masih begitu bersemangat untuk terus menghidupkan rock alternatif, memberi suguhan menyegarkan di tengah serbuan musik-musik lain.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading