Sukses

Entertainment

Famestory Fenita Arie dan Arie Untung, Mendekatkan Islam Pada Anak dengan Cara yang Mudah

Fimela.com, Jakarta Bulan Ramadan menjadi waktu yang spesial untuk setiap muslim. Keistimewaannya yang begitu luar biasa membuat banyak orang tak ingin melewatkannya begitu saja, termasuk keluarga Fenita Arie dan Arie Untung.

"Bulan puasa memang bulan yang dinanti-nantikan banget, karena banyak kenikmatan, selain dilipat gandakan pahala, kami bisa lebih banyak kumpul sama keluarga," ujar Fenita Arie dalam wawancara eksklusif Fimela. Fenita pun bercerita jika Ramadan tahun ini mereka harus berpisah dengan anak pertamanya Gavin yang berada di pondok.

Selain giat beribadah, pasangan yang menikah sejak tahun 2005 ini pun menyebut bulan Ramadan sebagai momen untuk lebih banyak berkumpul dengan keluarga. Kepada FIMELA, Arie dan Fenita pun banyak bercerita tentang kegiatan Ramadan mereka bersama keluarga, termasuk menunjukkan caranya mendidik dan mendekatkan anak dengan Islam.

 

Menurut Arie dan Fenita menunjukkan cara beribadah secara konsisten kepada anak menjadi cara jitu mereka dalam mendekatkan anak dengan Islam dan beragam keistimewaannya. Kemudian, tidak memaksa dan menanamkan ibadah sebagai kebutuhan pun menjadi nilai yang terus mereka tanamkan.

"Kami menunjukkan apa sih ibadah-ibadah itu? lebih dekat lagi dengan Islam itu seperti apa? Kami menunjukkan ke mereka seperti apa ibadah-ibadah itu, memperlihatkan ke mereka pas mereka sejak kecil, terus mereka udah terbiasa ngeliatin akhirnya ngikut, kita ajak pelan-pelan, ajak terus sampai akhirnya mereka mulai merasa bahwa salat itu bukan sesuatu yang diharuskan tetapi sesuatu yang dibutuhkan," tutur Fenita.

"Jadi bukan menyuruh tapi mencontohkan, sebenarnya agama tuh nggak cuma ibadah ya, banyak value lainnya yang juga kami tunjukkan caranya. Adab, akhlak juga kita perkenalkan dan bagaimana juga bersikap, banyak hal sebenarnya yang kami kenalkan ke anak-anak," tambah Arie Untung.

Selain mencontohkan, Arie dan Fenita menyebut bahwa menciptakan lingkungan yang dekat dengan Islam juga menjadi pendukung iman terbaik. "Lingkungan tuh ngaruh banget ya, makanya karena tahu, sadar banget kalau lingkungan itu penting, makanya kita bikin lingkungan keluarga yang dekat sama Allah gitu, dekat sama ibadah," ujar Fenita.

"Jadi ketika kita turun imannya, siapapun yang lagi turun imannya lagi malas-malasan tapi ketika ada suami, ada anak-anak kami saling mengingatkan," lanjutnya.

Bicara tentang kebiasaan di keluarga Fenita Arie dan Arie Untung, mereka pun punya kisah seru menjalani ibadah Ramadan di tengah pandemi, yaitu menjalani iktikaf di mushala rumah bersama anak-anaknya. Tak hanya itu, pasangan selebriti ini juga berbagi kisah soal penyesalan mereka di akhir bulan Ramadan. Ingin tahu keseruannya? Simak kutipan wawancara lengkapnya dalam Famestory berikut ini.

 

Nikmatnya Ibadah Bersama Keluarga

Berbicara soal iman seseorang yang terkadang naik-turun, menurut Fenita dan Arie memiliki lingkungan keluarga atau orang terdekat yang selalu mengingatkan adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga. Lalu seperti apa Fenita dan Arie saling menjaga dan mengingatkan ibadah? Berikut kutipan wawancaranya?

Bagaimana cara Anda saling mengingatkan soal ibadah, siapa yang paling cerewet?

Fenita: Kalau yang paling cerewet sih bapaknya ya, karena bapaknya kan imamnya sih wajar. Tapi emang kita senang sih maksudnya ada sosok yang memang kita teladani gitu ya sosok mas Arie gitu sebagai ayah, sebagai suami, jadi kayak ngingetin 'ayuk ini udah juz berapa?' segala macam.

Memang menurut aku harus ada sosok yang seperti itu di keluarga ya, karena ya keimanan itu kan pasti ada naik turunnya kan, pasti lagi ada malas-malasnya. Apalagi kalau perempuan kan ada jeda ya kayak datang bulan, nah di jeda datang bulan itu kan mungkin aktivitas ibadah itu terbatas, nggak bisa salat, baca Al Quran juga.

Saat mau mulai lagi tuh kadang harus butuh motivasi yang kuat biar semangat kayak sebelumnya. Nah di situ jadi tugas mas Arie untuk mengingatkan. Tapi enak sih ada yang mengingatkan gitu ya, ya walaupun harus dari dalam diri sendiri juga, tapi setidaknya dengan ada seseorang yang bisa mengajak kita dalam kebaikan dalam ibadah tuh seru aja.

Arie: Suaminya juga sebenarnya gitu (ada malasnya), biar kewajibannya dijalankan mudah-mudahan bisa istiqomah.

Bagaimana kalian saling mengingatkan dan memotivasi soal ibadah?

Arie: Iya naik turun sih, ganti-gantian. Nggak terlalu rajin-rajin juga sih sebenarnya, cuma kadang dia bisa ngingetin saya. Jadi gitu lah kadang-kadang diingetin istri, diingetin suami, kadang-kadang diingetin teman, diingetin pengajian gitu. Tapi ya karena kita kan kesibukan kerja ini kadang menyita waktu ya. Malah pas udah kerja di rumah ya kadang-kadang entar dulu deh entar dulu deh, tapi entar-entar dulu tuh nggak bisa lagi dilakuin pada saat ada anak.

Fenita: Tapi emang bener sih kadang lingkungan tuh ngaruh banget ya makanya karena tahu sadar banget kalau lingkungan itu penting makanya kita bikin di keluarga itu lingkungannya juga dekat sama Allah gitu, dekat sama ibadah. Jadi ketika kita turun imannya, siapapun yang lagi turun imannya lagi malas-malasan tapi ketika ada suami, ada anak-anak kami saling mengingatkan.

Sekarang kita juga punya anak ya, kalau anaknya yang ngajak, aduh itu malu banget rasanya. Jadi makanya kami mengutamakan keluarga dan memang anak harus dibentuk dengan ilmu agama yang cukup tinggi, apalagi di umur-umur mereka ya, itu jadi modal utama. Jadi kalau misal lingkungannya udah support, di keluarga udah support, mau nanti di luar sana seperti apa insya Allah akan balik lagi, akan on track sebagai seorang muslim. Insya Allah yang bisa memotivasi itu ya lingkungan sih.

Tahun lalu Anda dan anak-anak menjalani iktikaf di rumah, seperti apa keseruannya?

Fenita: Itu sih seru banget ya benar-benar seru banget, kita pokoknya udah terhitung sepuluh malam terakhir kita nginep di musholah rumah, jadi perlengkapan tidur juga udah kita siapin, jatuhnya tuh jadi kayak pindah tidur. Terus berubah kayak jadi villa gitu ngerasanya, karena suasananya tuh enak ya, aduh enak banget ternyata kalau misalnya fajar-fajar di musholah gitu, seru juga.

Tapi memang sepuluh malam terakhir tuh enak banget sih karena kami sama anak-anak kan sudah pisah tidur dengan anak-anak, lalu (iktikaf) jadi momen ngumpul banget, kayak rebut-rebutan tempat tidur lah, terus rebut-rebutan ambil selimut.

Arie: Yang kecil merasa paling bebas paling kecil paling disayang. Guling di sana guling di sini.

Fenita: Terus kita bawa-bawa, gotong-gotong kasur. Yang serunya juga kayak berlomba-lomba (tadarus Al-Quran) 'ayo siapa nih yang belum, udah juz berapa juz berapa'. Terus kita kayak saingan-saingan gitu aku udah juz segini aku udah juz segitu, itu seru banget. Kita nggak tidur sampai sahur, salat subuh. Abis itu baru tidur lagi sampai zuhur, ternyata seru banget ya.

Arie: Tapi menarik juga kadang-kadang kalau lagi rajin-rajin gitu sampai dini hari sebelum sahur, salat tahajud nanti pas sahur bareng. Menarik sih ini pasti nggak akan bisa dilupain nih sampai mereka gede nanti, kita pernah sekamar sepuluh hari.

Pengalaman Berat di Bulan Ramadan

Pada kesempatan ini, Arie dan Fenita juga mengungkapkan hal terberat yang mereka lalu di bulan Ramadan, yaitu ketika urusan duniawi begitu memenuhi diri mereka. Selain itu perasaan sedih dan hati yang begitu berat juga dirasakan ketika penghujung Ramadan tiba.

Sepanjang Ramadan yang pernah dilalui, apa coba terberat yang pernah dialami dan bagaimana kalian menghadapinya?

Arie: Justru cobaan Ramadan ada saat di masa lalu, lebih kayak ngejalaninnya sih. Dulu juga belum ngaji gitu zamannya syuting ya itu. Waktu habis buat syuting, bukaan di tempat syuting, pas sahur saya sudah bodo amat anak mau belajar puasa atau nggak, ibaratnya gitu. Memang ketika lebarannya dapat saldo gede ya, tapi melihat momen sekarang ini justru kayak kebayar waktu sama anak, kita bisa bounding, quality time, value-nya kita (sama anak) nggak kelewatan.

Mungkin ada beberapa fase kita ke skip ya, kayak masalah pendidikan anak gitu dan sekarang anak mulai gede kami merasa bahwa momen itu nggak bisa dibalikin lagi. Dan mereka ini investasi gitu, jadi bisa aja saya dulu mungkin salah dalam mendidik ya, misalnya membuat mereka nggak terlalu peduli sama keimanannya atau gimana.

Walaupun melewatinya seperti itu, tapi Allah masih kasih kita anak-anak yang nurut, soalnya Ramadan di waktu-waktu dulu kita tuh hampir nggak ada waktu bareng ya. Pulang sahur langsung tidur, bangun-bangun sudah zuhur dan siap-siap untuk syuting buka puasa. Jadi bisa dibilang nggak ada sedikit pun di hari-hari itu saya dekat sama Allah gitu maksudnya. Nggak tadarus, salat juga kayaknya nyolong waktu gitu sesempatnya.

Harusnya sebaliknya, salat itu adalah hal yang kita persiapkan waktu spesialnya. Ibaratnya kita ketemu sama bos kita gitu kan, siapin waktunya dengan baju terbaik kita hormati dan waktunya juga bukan waktu sisa gitu kan. Kayak salat asar dikerjakannya menjelang maghrib, pokoknya dulu mah ditelat-telatin, tapi anehnya selalu minta rezeki cepat.

Tapi alhamdulillah sekarang udah mulai belajar, ya bukan berarti benar juga, masih belajar juga, mulai menghargai yang mesti kita hormati gitu ya momen-momen di mana bersyukur. Ada moment kita sibuk sama kerjaan kita, ada moment kita nikmatnya untuk komunikasi langsung sama Allah gitu ya.

Apa menu favorit berbuka dan sahur?

Arie: Kalau kita puasa tuh makanan yang kita kangenin adalah makan siang, jadi apa aja boleh sih sebenarnya asal siang ya, hehehe. Soalnya Ramadan tuh unik ya, kita aja ngeliat kecoa ya kayak ngeliat kurma mirip banget, bentuknya kayak coklat bulat gitu kan.

Fenita: Apalagi kalau udah jam empat jam lima ya

Arie: Iya kayak batu-baru koral tuh kayak tahu goreng pakai tahu isi gitu, bentuknya tuh jadi halusinasi semua gitu, kita lihat apa aja kayak makanan gitu.

Fenita: Paling kalau bulan Ramadan tuh kolak atau biji salak dan sejenisnya. Menu tambahan kayak gitu kan kayaknya pas bulan Ramadan aja, jarang lah di sehari-hari tuh bikin kolak pisang, bikin biji salak atau es esan, sirup-sirupan tuh jarang.

Apakah tahun ini ada rencana mudik?

Fenita: Itu dia sih aku juga udah lama banget nggak pulang ke Palembang kan, biasanya kan mudik ke Palembang. Ini karena dua tahun pandemi, udah lama jadi kayak kepikiran apa kita mudik atau mau liburan atau apa banyak banget kan. Karena pandemi tuh kayak banyak banget rencana-rencana yang tertunda, jadi masih belum tahu apakah kumpul di Jakarta semua apa nanti kita yang ke Palembang masih diskusi ya.

Pesan dan tips untuk sahabat Fimela di bulan Ramadan?

Fenita: Untuk sahabat Fimela alhamdulillah kita bertemu lagi kita berjumpa lagi di bulan suci Ramadhan ini, ini adalah waktu yang paling tepat untuk kita memperbanyak ibadah kita, berlomba lomba dalam kebaikan karena ini waktunya limitnya cuma 1 bulan, 30 hari aja jadi yuk sama-sama semangat untuk menjalani ibadah puasa ini dengan lebih baik, lebih mendekat lagi dengan bacaan-bacaan Al Qur'an nya terus sama apa lagi.

Arie: Abis tarawih usahakan olahraga, habis olahraga kecapean tidur awal, biar sahurnya bisa bangun duluan untuk ibadah gitu, bagusnya dini hari itu sebelum ibadah tuh mandi si sebenarnya. Saya biasanya habis sahur mandi biar salatnya jadi nggak ngantuk, terus jadi seger juga, enak gitu pas pagi, nah matahari terbit biasanya saya ngantuk. Terus ya makan-makanan yang bergizi, makan sayur.

Fenita: Itu penting banget, terus juga tetap jaga minumnya, walaupun kita seharian nggak minum tapi ketika buka puasa dan sahur manfaatkan minum sebaik-baik mungkin, tapi berlebihan juga nggak baik. Kamudian soal makan, misalnya bukaan puasa kayaknya lebih enak makan yang simple dulu jangan langsung dipaksain makan berat. Semangat sahabat FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading