Sukses

Health

Muncul Virus Corona dengan Mutasi Luar Biasa di Afrika Selatan, Kebal terhadap Imunitas dan Vaksin

Fimela.com, Jakarta Peringatan datang dari sejumlah ilmuwan karena virus corona penyebab COVID-19 "sangat banyak" bermutasi di Afrika Selatan dan memunculkan varian baru virus corona.

Ditemukan di Bostwana, varian bernama resmi B.1.1529 dicemaskan menyebabkan penularan yang lebih berbahaya.

Ilmuwan mendeteksi adanya varian virus corona baru setelah mengatamati terjadinya peningkatan penularan di Provinsi Gauteng dalam 36 jam terakhir.

Dilansir dari laman the New York Times, Jumat (26/11), Insititut Nasional Penyakit Menular Afrika Selatan berkata bahwa sudah ada 22 kasus di Afrika Selatan yang diidentifikasi dari varian baru ini.

Tiga kasus pertama diidentifikasi di Bostwana, lalu sisanya diidentifikasi di Afrika Selatan. Sementara pada kasys terakhir, diidentifikasi di Hong Kong dari pendatang baru yang baru tiba dari Afrika Selatan.

Memiliki banyak mutasi menjadi penyebab dari variasi virus corona baru ini mampu menghindar dari imunitas dan vaksin.

Orang yang Sudah Divaksin Lengkap Bisa Tertular

Seorang virolog dari Imperial College London, Dr Tom Peacock, melalui tulisannya di akun Twitternya mengatakan varian ini akan menjadi "sangat diwaspadai" karena 32 mahkota protein mutasinya bisa dengan mudah mengelak dari sistem imun.

"Varian ini sangat-sangat harus awasi karena mahkota proteinnya memiliki potensi untuk lebih menular dari varian sebelumnya," ujar Peacock di Twitternya.

"Dan juga bentuk paku mahkotanya yang lebih panjang dan banyak jumlahnya menandakan varian ini sangat berbahaya," lanjutnya.

Terkait hal ini, Kementerian Kesehatan Botswan memberi pernyataan yang membenarkan bahwa empat kasus varian baru ini terdeteksi pada orang yang sudah melakukan vaksin lengkap. Keempatnya dites sebelum pergi naik pesawat, salah satu sampelnya terdeteksi di Hong Kong yang dibawa oleh pendatang dari Afrika Selatan.

Kecemasan dari munculnya varian baru ini adalah apakah virus mampu memperparah kondisi pandemi atau membuat efektivitas vaksin menjadi lemah.

Ilmuwan Afsel bertemu dengan tim teknis Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (26/11) untuk menentukan alfabet Yunani untuk nama varian baru ini.

Kemudian, direktur Institut Genetik UCL, Prof Francois Balloux memberi pernyataan kepada harian the Independent bahwa varian baru ini bisa jadi hasil dai penularan pada orang dengan gangguan kekebalan. Misalnya seperti orang dengan HIV/AIDS dan ini bisa menjelaskan bentuk genetik dari virus itu.

"Varian ini tentu akan sulit dikenali oleh antibodi yang sudah mampu menetralkan varian alfa dan delta. Masih sulit memperkirakan seberapa menular varian ini saat ini," terang Balloux.

*Penulis: Vania Ramadhani Salsabillah Wardhani.

 

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading