Sukses

Health

54% Orang Indonesia Butuh Layanan Kesehatan Mental Akibat Masalah Finansial dan Rasa Kesepian

Fimela.com, Jakarta Masalah kesehatan mental bisa dialami oleh siapa saja. Namun terkadang tidak terdeteksi sejak dini sehingga sudah memberikan dampak serius bagi kesehatan secara menyeluruh.

Kini, masalah kesehatan mental sudah menjadi isu kesehatan yang sangat diperhatikan di dunia. WHO bahkan menyatakan kondisi kesehatan mental dunia memburuk hingga menjadi krisis global akibat pandemi COVID-19.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Di Hari Kesehatan Mental 2022, sebuah survei oleh Populix yang ditulis dalam laporan “Indonesia’s Mental Health State and Access to Medical Assistance" menyebut 52% masyarakat Indonesia, terutama perempuan berusia 18-24 tahun, menyadari bahwa mereka memiliki gejala gangguan kesehatan mental, baik dalam bentuk gejala ringan maupun berat. Mayoritas dari para responden juga menyadari bahwa telah mengalami gejala tersebut dalam 6 bulan terakhir.

“Berbagai masalah seperti kondisi perekonomian yang tidak menentu, rasa kesepian setelah sekian lama menjalani pembatasan sosial, tuntutan pekerjaan, hingga permasalahan hubungan yang timbul di masa-masa transisi endemi ini, tentunya turut mempengaruhi kesehatan mental banyak orang," kata Eileen Kamtawijoyo, Co-Founder dan COO Populix.

 

Gejala gangguan kesehatan mental

Hasil survei juga mengungkapkan bahwa beberapa gejala yang dialami saat kesehatan mental seseorang terganggu. Sebanyak 57% responden menyebut mengalami perubahan suasana hati yang cepat dalam enam bulan terakhir. Diikuti dengan beberapa gejala lain, seperti perubahan kualitas tidur atau nafsu makan (56%)

  • rasa lelah yang signifikan, energi menurun (42%)
  • ketakutan atau kegelisahan yang berlebihan (40%)
  • merasa bingung, pelupa, sering marah, mudah tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan ketakutan yang tidak normal (37%)
  • kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi (35%)
  • penarikan diri dari lingkungan sosial (30%)
  • ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari (26%).

Beberapa responden juga merasakan gejala dalam tingkat yang lebih parah seperti mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan (13%), marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan (10%), berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman (9%), dan ingin melukai diri sendiri (9%), dan mencoba bunuh diri (6%).

 

Cara mengatasi gangguan kesehatan mental

Untuk mengurangi gejala gangguan kesehatan mental yang dirasakan ada jawaban yang diberikan responden, di antaranya.

  • 73% masyarakat mengatakan mereka akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
  • menjaga kecukupan tidur dan istirahat (55%)
  • rekreasi (46%)
  • melakukan aktivitas fisik agar tetap aktif (36%)
  • bercerita kepada sahabat (34%)
  • menjaga hubungan baik dengan orang lain (32%)
  • membantu orang lain dengan tulus (27%)
  • melakukan meditasi (19%).

Namun di tengah perkembangan teknologi saat ini, masyarakat bisa mendapatkan layanan kesehatan mental lebih mudah dengan bantuan telemedicine. Sebanyak 54% responsen memilih mengakses telemedicine melalui aplikasi kesehatan online.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading