Sukses

Lifestyle

Hobi Gigit Kuku? Bisa Jadi Tanda Kamu Seorang yang Perfeksionis

Fimela.com, Jakarta Bagi beberapa orang di dunia, menggigit kuku adalah hal yang menyenangkan. Meski demikian, jika dilakukan terus menerus, menggigit kuku bisa jadi hal buruk, terutama bagi kesehatan. Melalui kuku, bakteri dan kuman bisa berpindah masuk ke tubuhmu dengan mudahnya. 

Meski telah mengetahui efek buruk dari menggigit kuku, namun beberapa orang tetap saja terus melakukannya, bahkan cenderung mengabaikan. Orang-orang yang memiliki hobi ini, selain karena faktor iseng, biasanya karena didasari rasa cemas yang berlebihan, sehingga untuk mengalihkannya, mereka memilih untuk menggigit kuku. Namun, sebuah studi baru menunjukkan kalau menggigit kuku bisa jadi sebuah tanda jika pelakunya seorang yang perfeksionis.

Biasanya, kebiasaan gigit kuku karena seseorang cemas. (Via: 999.fm)

Dilansir dari Indiatimes.com Sekelompok peneliti dari University of Montreal melakukan eksperiman pada 48 orang yang setengahnya memiliki kebiasaan menggigit kuku, mencubit kulit, dan mencabut rambut. Mereka dimasukkan dalam tes dengan suasana stres, santai, frustasi, dan membosankan. Setelah diamati, rupanya mereka lebih sering melakukan kebiasaan buruknya pada kondisi membosankan atau frustasi daripada saat stres.

Namun, penelitian menampik isu itu. (Via: asdablog.com)

Dari peneitian itu pula menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kebiasaan menggigit kuku cenderung melakukan pada saat mereka gagal mencapai tujuan. Para peserta yang cenderung menggigit ketika mereka bosan atau frustrasi, dapat kaitkan dengan kepribadian yang perfeksionis. Hasil penelitian tersebut juga membuktikan bahwa menggigit kuku nggak punya hubungan dengan kecemasan.

Menurut penelitian, seseorang cenderung mengigit kuku saat mereka nggak berhasil mencapai tujuan. Dengan kata lain, mereka pribadi yang perfeksionis. (Via: huffingtonpost.com)

"Kami percaya bahwa individu dengan perilaku repetitif ini mungkin pribadi yang perfeksionis. Artinya, bahwa mereka nggak mampu untuk bersantai dan melakukan tugas-tugas pada kecepatan 'normal'," kata penulis penelitian, Profesor Kieron O'Connor dari University of Montreal. "Oleh karena itu, mereka rentan terhadap frustrasi, ketidaksabaran, dan ketidakpuasan saat mereka nggak berhasil mencapai tujuan," tambahnya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading