Sukses

Lifestyle

Editor Says: Pro-Kontra Bantuan untuk Turis Asing yang Menggelandang

Fimela.com, Jakarta Belakangan, publik dibuat riuh dengan pemberitaan dua turis asing yang ditolong pihak kepolisian dan dititip naik truk ke Cirebon. Sebagaimana diberitakan, dua orang Warga Negara Asing (WNA) berkebangsaan Selandia Baru ini mengaku kehabisan ongkos.

"Ipda Erwan membantu wisatawan backpacker dari Selandia Baru yang hendak ke Cirebon dan kehabisan ongkos di Gardu Tol Tanjung Duren Jakarta Barat. Selanjutnya dititipkan ke pengemudi truk," tulis akun Instagram TMC Polda Metro, Sabtu (24/2/2018).

Siapa sangka, perbuatan yang mungkin saja dilandasi niat baik ini malah jadi sebab adu argemen berlangsung di jagat maya. Publik pun terbagi menjadi dua kubu, di mana satu mendukung, sementara yang lain mengkritisi keputusan menitipkan dua bule itu pada supir truk.

Lho, orang berbuat baik kok dipertanyakan? Jangan dulu berpikir begitu karena ternyata di kubu kontra tak semata menyoroti keputusan pihak berwajib menolong dua turis asing tersebut. Masih ada argumen-argumen yang melengkapi mengapa mereka begitu sewot.

Saya pribadi melihat perdebatan ini cukup menarik karena menjabar begitu banyak faktor yang tentu saja sangat lekat dengan para pejalan. Menilik nilai sosial, juga 'dasar-dasar' traveling, begini pro-kontra bantuan pada turis asing.

Traveling Harusnya Sudah Menyiapkan Uang

Kasihan, mereka lagi jauh dari rumah dan susah. Pernyataan itu kiranya tak mempan bagi sebagian orang. Keputusan menolong yang dilakukan dianggap sebagai output dari kebiasaan menggampangkan. "Indonesia? Ah gampang! Orangya 'baik-baik'," begitulah kurang lebih pengandaiannya.

Pasal, biasanya sebelum pergi, tak sedikit pelancong menyiapkan pengeluaran perjalanan, di mana terbagi menjadi budget transportasi, biaya hidup, dan (kalau mau) belanja, juga oleh-oleh. Logikanya, bagaimana mereka bisa tak menyiapkan biaya hidup selama berada di destinasi, di mana kali ini kasusnya di Indonesia?

Salah perhitungan? Masa sebegitunya? Jangan jalanlah kalau memang nggak punya uang. Nyusahin! Begitulah tema besar kalimat yang dilontarkan tak sedikit warga net. Orang Indonesia memang ramah, tapi jangan sampai dimanfaatkan kebaikannya.

Meluas, argumentasi soal bela-belain turis asing ini jadi berujung pada pembahasan bule sentris yang marak terjadi di tak sedikit wilayah di Indonesia. Alhasil, tak sedikit otang yang merasa jadi tamu di negeri sendiri. Kok bisa?

Terusir di Negeri Sendiri

Protes terhadap 'kebaikan' yang diperlihatkan tak sedikit orang Indonesia pada turis asing berujung perdebatan. Tak hanya membolehkan menumpang truk, namun akhir tahun lalu, ada juga polisi yang patungan demi memberikan uang sangu pada dua turis asing asal Republik Ceko, juga karena mereka kehabisan ongkos.

Pertanyaan selanjutnya, apakah bantuannya akan sama bila turis asal Indonesia yang susah di luar atau di negeri sendiri? Pasal, tak sedikit dari mereka yang bercerita soal merasa terusir ketika pelesiran di dalam negeri.

Mulai dari pelayan yang selalu bela-belain untuk bule, sampai terang-terangan diminta pergi, semua tak luput dari curhatan publik. Soal bule sentris ini, saya juga pernah merasakan pengalaman serupa dan sampai dibuat heran dengan salah satu pedagang warung di pesisir Bali.

Begitulah, fenomena bantuan turis asing ini meninggalkan publik terbelah jadi dua kubu. Sebagian lebih berat ke nilai sosial dan kasihan, tak sedikit pula dari mereka yang menjabar praduga dimanfaatkan, juga memprotes kebiasaan orang lokal yang 'mendewakan' bule. Jadi, kamu masuk tim mana?

 

Asnida Riani,

Editor Celeb Bintang.com

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading