Sukses

Lifestyle

Social Media, (Meng)-Akomodasi Verbal Bullying?

Next

bully social media

Beberapa tahun lalu, ketika Indonesia belum memasuki masa reformasi, kebebasan berpendapat di tempat umum layaknya sebuah harta karun yang sangat sulit didapat. Ya, pada masa itu pemerintah memegang kendali atas kebebasan berpendapat setiap individu, golongan, maupun media massa. Namun, begitu 1998 Indonesia masuk ke dalam era reformasi, seketika semua kebebasan yang awalnya dikekang pun menjadi sangat terbuka.

Orang-orang bebas berpendapat mengutarakan isi hatinya di manapun mereka inginkan. Pada tahun itu, Indonesia pun layaknya sedang bangkit dari tidur panjang, melakukan pembenahan di berbagai bidang, dan juga perkembangan. Teknologi internet pun perlahan masuk ke Indonesia.

Pada tahun 90-an akhir, internet masih menjadi barang "mahal" bagi masyarakat Indonesia. Hanya kalangan tertentu yang bisa mengakses internet. Selain itu, penggunaan internet pun masih terbatas, hanya e-mail dan sesekali digunakan untuk chatting serta social media. Yahoo Messanger, MiRC, dan Friendster merupakan situs-situs chatting serta social media yang cukup populer pada masa itu.

Next

bully social media

Sekarang, social media semakin pesat berkembang dan internet sudah bukan barang mewah lagi bagi masyarakat Indonesia, ditambah didukung dengan munculnya beragam gadget yang bisa mengakomodasi orang untuk mengakses internet di berbagai tempat. Facebook, Twitter, YouTube, MySpace, dan berbagai blog bisa menjadi pilihan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri. Melalui social-social media tersebut, orang bisa dengan bebas mengutarakan apa yang ada di dalam pikiran mereka tanpa terkecuali.

Next

bully social media

Namun terkadang, kebebasan bersuara masih juga disalahartikan hingga banyak kasus bully dan tindakan kriminal berupa penipuan yang terjadi di dunia maya. Social media sangat dekat dengan kehidupan kita setiap hari, rasanya hampir jarang orang yang tidak mengakses akun social media pribadi mereka dalam sehari. Interaksi antarteman dan kolega bisnis pun tidak jarang dilakukan di social media. Saking akrabnya kita dengan social media dan orang-orang yang berinteraksi di dalamnya, tak jarang kita lupa terhadap aturan berpendapat dan justru malah apa yang kita tulis menjadi serangan bagi orang lain. Ya, bully di social media sangat mungkin terjadi mengingat tidak adanya batasan jelas yang berbicara tentang bully.

"Masalah penyalahgunaan sebenarnya bukan hanya muncul pada social media. Semua orang bisa menyalahgunakan berbagai hal jika memang dia punya niat yang tidak baik. Tapi, memang kita tetap memerlukan aturan yang jelas yang mengatur penggunaan social media," ujar Shinta Dhanuwardoyo, pemilik Bubu.com.

Next

bully social media

"Bully bisa terjadi dimana saja. Tapi bagaimana kita bisa menghentikan bully tentunya harus berawal dari diri kita sendiri. Jika kita memiliki sikap yang tegas saat kita merasa ada tindakan atau perlakuan yang mengancam yang membuat tidak nyaman, serta mengganggu aktivitas kita maka sebaiknya kita mencari cara untuk menyelessaikan permasalahan tersebut. Mencari pemecahan masalah yang tepat merupakan jalan keluar terbaik tanpa harus disertai embel-embel balas dendam. Jika ditanya mengenai kasus bully yang terjadi di social media, saya berpendapat malah lebih banyak kasus bully yang terungkap melalui social media. Sebetulnya kebebasan berpendapat masyarakat di social media sudah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan dari undang-undang itulah kita bisa mengira-ngira tentang batasan tindakan bullying. Tetapi, memang tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat belum memahami undang-undang yang berlaku sehingga kita masih harus mengandalkan norma untuk mencegah agar perbuatan-perbuatan seperti itu tidak terjadi," ujar Karina Roesdi, S. Psi.

s4pMulai sekarang, perhatikan setiap kata yang keluar dari permainan jari kita. Jangan sampai justru niat awal yang hanya bercanda malah menyinggung dan menyakiti orang lain. Kalau dulu ada istilah ‘mulutmu adalah harimaumu’, kini mungkin berkembang menjadi ‘jarimu adalah harimaumu’. Mulailah belajar untuk lebih bijaksana lagi dalam menggunakan suara. Bersama FIMELA.com, ayo ikut aktif berpartisipasi dalam menyuarakan perdamaian. So, let’s speak for peace, Fimelova!

Empowered by:

xl

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading