Sukses

Lifestyle

Prostitusi Sakral

Ladies, tahukah Anda bahwa selain dicela, prostistusi juga merupakan sebuah media sakral bagi beberapa masyarakat dan kepercayaan?

Menurut islamicperspective.com, adultery atau seks di luar pernikahan merupakan sebuah tindakan kiriminal. Namun, beberapa masyarakat kuno melakukan prostitusi sakral untuk menghormati dewa dewi mereka.

Yang pertama adalah era Herodotus dan Thucydides. Kedua kitab itu menyebutkan bahwa setidaknya setiap perempuan masuk ke dalam kuil Aphrodite (Militta) dan memberikan dirinya untuk lelaki asing. Tidak hanya itu, tapi ada juga prostitusi pria yang juga dianggap sakral di kuil tersebut.

Prostitusi Sakral juga sudah marak sejak jaman budaya Phoenician. Prostitusi sakral itu ditujukan bagi dewi Astarte atau Ishtar. Aktivitas semacam itu juga berkembang di Israel kuno. Namun kemudian turun perintah untuk berhenti melakukannya dalam Torah.

Seperti halnya di Yunani dan Romania, ada juga prostitusi pria di Palestina. Kemudian turunlah Deut 23:17-19 yang menyerukan larangan bagi para anak lelaki dan perempuan Israel untuk melakukan prostitusi sakral.

Sedangkan pada jaman Romawi kuno, ada sebuah budaya dimana para biarawati dewi Vesta menuntun para remaja pria untuk melakukan hubungan seks ketika kepala mereka dicukur untuk pertama kali ketika memasuki sekolah kepasturan. Mereka akan menyalakan lampu yang dipercaya sebagai tuntunan bagi pemuda calon pastur untuk mendapatkan jasa pelacuran.

Terakhir, prostitusi sakral juga masih ada di India selatan hingga 1988. Praktek itu dikenal dengan “devadas”. Para gadis muda dinikahkah dengan “deity” atau sebuah kuil, dimana mereka melakukan prostitusi sakral bagi para anggota kasta atas masyarakat tersebut.

Wah, banyak sekali ya, Ladies. Bagaimana tanggapan Anda?

Oleh: Nastiti Primadyastuti

(vem/rsk)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading