Sukses

Lifestyle

Bekerja sebagai Barista, Perjuangan Perempuan Ini Harus Hadapi Anti Masker Setiap Hari

Fimela.com, Jakarta Maggie Slepian tinggal di Montana, negara bagian Amerika dengan zona merah dan banyak pendukung Donald Trump di dalamnya. Kedai kopi tempat Maggie bekerja sebagai barista adalah tempat sederhana di sisi kota yang konservatif.

Beberapa pelanggan tetap di sana membawa pistol yang diselipkan di ikat pinggang mereka. Beberapa lainnya menghabiskan akhir pekan mereka di pameran dagang senjata api.

Pandangan orang-orang ini sangat berbeda dari pandangan Maggie, namun ia menyukainya. Maggie memiliki kru kecil dan mereka menganggap pelanggan tetap sebagai teman.

Tugas seorang barista di kedai kopi tersebut tidak hanya membuat kopi dan roti lapis untuk sarapan pagi, namun juga membuat hari-hari pelanggan mereka menjadi lebih baik dengan obrolan, kue gratis, dan keramahan. Maggie sering mendengar cuplikan obrolan politik dari para pelanggan tetap, namun ia mengabaikannya.

Maggie sadar bahwa mereka memiliki perbedaan politik, namun orang-orang ini hanya ingin minum kopi dan bicara dengan teman-teman mereka. Maggie tidak keberatan berada di lingkungan tersebut sebagai barista.

 

 

Maggie mulai mendapati bahwa banyak pelanggan tetapnya yang tidak menghargainya dan teman-teman barista yang lain

Ketika angka kasus positif COVID-19 meningkat, berbagai bisnis berjuang menemukan keseimbangan antara aman dan tetap buka. Pemilik kedai kopi tempat Maggie bekerja meminta pegawainya untuk memakai masker sebelum ada aturan resminya di Montana.

Maggie tidak menganggap pemakaian masker selama pandemi sebagai masalah partisipan, namun untuk pertama kalinya, ada kepercayaan yang kontradiktif antara pelanggan dan barista tentang politik dan kebebasan dalam memilih. Banyak pelanggan baru yang bersikap hormat dan pengertian, namun tidak sedikit yang justru menciptakan stres bagi Maggie dan teman-temannya.

Orang pertama yang dikeluarkan dari kedai kopi adalah Jerry, seorang pelanggan tetap yang datang setiap hari. Setiap pagi, Jerry akan datang sekitar pukul 7 pagi dan memesan hal yang sama, Americano dan Burrito.

Ketika aturan memakai masker diberlakukan, Jerry tidak mematuhinya. Bagi Jerry, barista di kedai kopi tersebut sekarang adalah musuhnya, yang menghalangi kebebasannya untuk tidak mengenakan masker, duduk bersama teman-temannya, dan menikmati kopi.

Maggie tidak bisa terus menoleransi para pelanggannya yang anti masker

Di minggu pertama, Maggie masih berusaha mempertahankan keramahannya kepada para pelanggan yang menolak mengenakan masker, namun lama-kelamaan, ia tidak bisa menahannya lagi. Seiring berjalannya waktu, tingkat kesabaran Maggie jauh lebih rendah.

Pemahamannya tentang para pelanggan telah berubah. Beberapa orang yang telah berteman lama dengannya tampaknya justru tidak menghormati kebijakan dan kesehatan, serta keselamatan para barista yang bekerja di kedai kopi tersebut.

Kedai kopi tersebut adalah pekerjaan paruh waktu Maggie, tapi bagi barista lainnya, itu adalah satu-satunya penghasilan mereka. Mereka harus datang bekerja atau tidak dapat membayar sewa dan setiap giliran bekerja berarti mereka memiliki peluang lebih besar untuk terpapar virus.

Maggie merasa sangat lelah, ia tidak bangun di jam 5 pagi, membuka kedai kopi untuk berkelahi dengan pelanggan. Maggie dan teman-temannya terus merasa gelisah sepanjang hari, mereka kehabisan cara mempertahankan kebijakan untuk mengenakan masker. Maggie hanya ingin kedai kopinya tetap buka, ia bisa tetap bekerja, dan tidak sakit.

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading