Sukses

Lifestyle

Editor Says: Membludaknya Vlogger dengan Konten Kosong

Fimela.com, Jakarta Sedari dulu Youtube sudah menjadi rumah bagi para pembuat video amatir dan profesional untuk menunjukkan hasil karya mereka. Dari mulai rekaman mengenai tingkah lucu hewan peliharaan, hingga teaser film yang akan keluar untuk menemani malam minggu kamu dengan si dia di bioskop. Hingga kini, mungkin kamu nggak lagi asing dengan kata nge-vlog.

***

Kamera poket lengkap dengan monopod yang juga ditambahkan aksesoris lain seperti lighting dan juga eksternal microphone sekarang menjadi mainan yang tengah digemari. Tak asing rasanya melihat seseorang berjalan di mall dengan membawa 'peralatan perangnya' dan asyik ngobrol di tengah riuhnya suasana sekeliling.

Seorang teman saya pernah bertanya "apa sih enaknya ngobrol sendiri di depan kamera kayak gitu?". Di sana hati saya diam. Mencari jawaban yang tepat untuk diri saya sendiri. Apakah mereka melakukannya karena memang senang? Atau hanya ikut-ikutan semata saja?

Di sini saya mulai merasa risih dengan kegiatan yang mereka lakukan. Bukan urusan saya memang, namun ketika yang ditampilkan ialah sisi diri yang seharusnya tidak ditunjukkan, apakah seharusnya ditampilkan? Dan lagi, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Karin Novilda alias Awkarin, saya menjadikannya sebagai contoh yang sebaiknya tidak ditonton jika kamu belum cukup umur.

 

A video posted by 1608 creatives (@1608creatives) on

Dan lagi, bukan urusan saya juga mengurusi kehidupan Awkarin yang tidak seperti anak biasanya. Miliki mantan kekasih berusia 16 tahun yang sudah bisa bawa mobil BMW, merokok bersama teman saat nongkrong dan kemudian diunggah di Youtube untuk dilihat oleh jutaan pasang mata. Yang kemudian ketika dikritik, ia pun seakan tak siap menghadapi segalanya.

Saya bukan pula termasuk haters atau penyuka Awkarin. Namun bagi saya, hal-hal yang ia lakukan sangatlah menarik perhatian. Seorang gadis muda yang berani mengatakan bahwa ia pernah menjadi korban kekerasan laki-laki dan secara gamblang mengakui bahwa telah membeli kunci jawaban saat UN SMA karena nggak sempat belajar untuk menemani kekasihnya. Konten yang kontradiktif.

 

A photo posted by R4MY (@momentsoframy) on

Baiklah. Lupakan Awkarin dan mulai kembali membahas tentang para Vlogger. Yup, saking gilanya fenomena ini, banyak orang yang mulai merekam segala bentuk kegiatan mereka sehari-hari dan kemudian mengunggahnya di Youtube. Saya sendiri nggak paham apa asyiknya ketika kehidupan saya diketahui orang asing. Saya pun nggak menyalahkan Anda ketika mengerti asyiknya kegiatan ini. Mungkin, Anda malah bisa menuliskan alasannya di kolom komentar? Cerahkan saya, please.

Konten Tak Berjiwa

Membahas tentang konten, saya juga sebenarnya penikmat karya Vlogger. Di balik semua ketidakmengertian, pada dasarnya saya menyukai vlog dengan isi yang patut untuk disimak. Beberapa Youtubers Indonesia yang saya ikuti adalah Nessie Judge, Anji Manji, Fathia Izzati, Ria Sukma Wijaya, Han Yoo Ra, dan juga Michi Momo.

Saya melihat konten yang sangat menarik untuk ditonton. Nessie Judge, misalnya. Dia seringkali membuat konten yang membuka pemikiran dari sisi lain. Saya suka cara penyampaiannya ketika membahas kasus LGBT. Untuk Anji, ini bukan sama sekali karena saya penyuka karya dan pemikirannya. Tapi, saya suka cara dia menyampaikan kebahagiaan dan memberikan energi yang positif bagi para pengikutnya di dunia maya.

Siapa yang tak menyukai perempuan yang cerdas? Fathia seringkali memperlihatkan kemampuan berpikirnya yang 'kuno' (atau klasik) yang terbalut dengan bait puisi yang menambat hati. Sementara Ria, Yoo Ra dan Michi Momo? Rasanya hidangan pedas dan makan banyak menjadi hobi saya.

Saya menyukai konten yang miliki 'jiwa'. Banyak vlogger atau youtubers yang membuat karya tanpa memikirkannya masak-masak. Ketika Samyang sedang hits, mereka ikutan. Ketika Chubby Bunny sedang ngetren, mereka nggak mau ketinggalan. Konten yang seragam membuat jenuh.

Apalagi jika ditambah dengan kata-kata kasar yang kerap kali terdengar. Meski lumrah ketika didengar kala bercanda dengan teman, namun jengah rasanya ketika kata-kata tersebut berasal dari konten seorang vlogger ternama yang notabene seharusnya tahu sasaran penonton mereka yang ternyata anak SMA bahkan SMP. Hal tersebut membuat saya bertanya, cintakah mereka dengan hal yang dikerjakan?

 

A video posted by Indonesian Youtuber (@nessiejudge) on

Sebagai penikmat vlog, agaknya saya merasa sedih ketika melihat konten tak berjiwa berseliweran. Tanpa konsep, tanpa hal yang menarik, semuanya tentang kegiatan monoton. Entah bagaimana, saya merupakan seseorang yang senang mengambil hikmah setelah melakukan atau menonton sesuatu. Sayang rasanya membuang 10 menit yang berharga hanya untuk melihat video tanpa makna. Sedihnya saya meng-klik-nya hanya karena judulnya yang bombastis.

Tapi sudahlah. Bukankah hidup diciptakan untuk bersenang-senang? Toh mereka pun memiliki hak untuk mengunggah hal apapun ke dalam teknologi bernama Youtube. Dan pada akhirnya saya akan menjadi penonton setianya. Terbawa arus vlog yang diam-diam saya rutuki.

Floria Zulvi,

 

Editor kanal Style Bintang.com

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading