Fimela.com, Jakarta Stefanus Taofik, dokter spesialis anestesi ini meninggal pada 26 Juni 2017, yang mana penyebab kematiannya disebut karena kelelahan berjaga di rumah sakit selama empat hari berturut-turut selama waktu lebaran. Namun, kabar penyebab kematiannya itu tak dibenarkan.
Melansir Liputan6.com, Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dr Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes tak membenarkan penyebab kematian Stefanus Taofik karena kelelahan. Lewat keteranganya, Kuntjoro mengatakan bahwa saat bertugas pada tanggal 24 sampai 25 Juni 2017, almarhum menangani satu pasien di ICU dan satu pasien operasi sedang.
Seorang dokter spesialis anestesi hrs meregang nyawa karena jaga 4 hari berturut2 di 3 RS utk memberi kesempatan seniornya berlebaran. #RIP pic.twitter.com/xachB4jJ4U
— BlogDokter (@blogdokter) 27 Juni 2017
Advertisement
Lebih lanjut, Kuntjoro menyampaikan bahwa di hari Stefanus bertugas, rumah sakit juga menugaskan dua dokter anestesi purnawaktu. "Saat beliau bertugas, pihak RS juga menugaskan dua dokter anestesi purnawaktu yang siap jika diperlukan," lanjutnya.
Terkait kasus kematian Stefanus Taofik, Ketua Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat, dr Priyo Sidipratomo mengatakan bahwa pihaknya akan memanggil pihak rumah sakit dan pihak terkait, untuk memastikan kejadian yang sebenarnya.
Selain itu, berkenaan dengan jadwal tugas Stefanus Taofik yang disebut berjaga berhari-hari di rumah sakit, Priyo menyampaikan bahwa dokter harus beristirahat atau libur setelah jaga malam.
"Kalau itu betul, ini seperti fenomena gunung es. Mungkin terjadi di beberapa tempat dokter calon spesialis dilakukan seperti ini. Padahal ini sudah diingatkan. Apalagi jika ini permintaan seniornya. Ini seperti bullying dan itu tak boleh. Artinya kalau jaga malam harus off-lah besoknya," kata Priyo terkait jadwal penugasan Stefanus Taofik.