Advertisement
Next
Misalnya saja, Cynthia, Yudho, dan Desy yang justru memanggil orang-orang terdekat dan kekasih mereka dengan sapaan yang terdengar sarkasme bagi orang lain. “Saya memanggil sahabat lelaki saya dengan sapaan ‘beruk’ sejak SMA. Saya menggunakan kata ‘beruk’ karena menurut saya (dan dia) beruk terdengar lucu, tanpa tahu artinya. Baru akhir-akhir ini kami tahu arti beruk adalah binatang yang jelek. Tapi, karena sudah 10 tahun melekat, sapaan ‘beruk’ masih terus kami gunakan hingga saat ini. Sedangkan untuk sahabat perempuan saya, kami biasa saling menyapa (maaf) ‘bebong glam’ yang berasal dari kata ‘babu’ dan 'glamour’ karena menurut kami dua hal ini sangat mewakili pekerjaan dan juga cita-cita kami. Dan masih ada beberapa sapaan lainnya yang mungkin terdengar kasar bagi orang lain,” Cynthia, 27, Marketing.
Next
Untuk orang-orang yang tidak mengerti tentang “kesepakatan” yang ada di antara mereka, tentu sapaan seperti itu terdengar cukup kasar daripada jika dikatakan sebagai sapaan sayang. Dan untuk orang lain, bisa saja kata-kata tersebut menjadi senjata yang bisa mengacu ke arah verbal bullying. Tetapi, makna kata-kata tersebut seolah mengalami pergeseran saat digunakan kepada orang-orang tertentu. “Suatu perbuatan disebut bully jika memang niat awalnya dilakukan untuk menyakiti orang lain,” ujar Amanda Margia, dosen Psikologi sebuah universitas swasta.
Advertisement
Next
Speak4Peace adalah salah satu campaign ulang tahun kedua FIMELA.com, FIMELAFEST. Bersama Speak4Peace kami juga mengadakan seminar sehari Fimela: IWOW Conference, ikutan yuk! Petunjuk lebih lanjut bisa kamu baca di sini.
Empowered by