Sukses

Lifestyle

5 Alasan kenapa perempuan di usia 20an rentan galau

Fimela.com, Jakarta Siapa nih yang sering merasa mudah galau dan sedih di usia 20an? Atau ada yang sering merasa makin kesepian di usia 20an? Ya, sebenarnya kita tak sendiri, kok. Banyak perempuan lain yang mengalami dan merasakan hal  yang sama seperti kita.

Di usia 20an, perempuan bisa sangat rentan galau. Sering sedih. Gampang menangis tanpa tahu alasan yang jelas. Bahkan sampai kehilangan harapan untuk hidup. Semua itu memang kadang sangat menyiksa batin. Untuk  bisa mengatasi hal-hal itu, kita perlu mencari tahu akar masalah atau penyebab utamanya. Mungkin saja penyebab perasaan kita yang mudah galau di usia 20an ini, disebabkan oleh kondisi-kondisi ini.

1. Tekanan untuk bisa memenuhi tuntutan orang lain

Misal, orangtua sudah mulai mendesak kita untuk menikah tapi kita belum bisa memenuhinya karena belum menemukan jodoh. Atau atasan di tempat kerja yang menuntut banyak hal tapi tak memberi reward yang layak. Kondisi seperti ini jelas bikin kita merasa stress. Tertekan hingga akhirnya sampai galau berkepanjangan karena tuntutan yang tak ada habisnya.

“Grown up, and that is a terribly hard thing to do. It is much easier to skip it and go from one childhood to another.” — F. Scott Fitzgerald

2. Mengalami quarter life crisis

Apa itu quarter life crisis? Krisis seperempat abad ini bisa diartikan sebagai suatu kondisi krisis diri seorang individu berumur di kisaran 25 tahun. Meski namanya seperempat abad, tapi perempuan di awal usia 20an hingga akhir 20an bisa merasakan krisis ini. Tanda-tanda sesorang mengalami krisis seperempat abad, antara lainkehilangan motivasi hidup, merasa gagal, kehilangan kepercayaan diri, sampai menarik diri dari pergaulan sosial.

3. Belum siap menghadapi perubahan

Di usia 20an, akan ada banyak perubahan yang terjadi di sekeliling kita. Kita pun mau tak mau juga perlu berubah untuk bisa mengimbangi semua. Tapi ketika kita belum benar-benar siap, maka kita akan mendapat masalah baru. Hal ini bisa memberikan stres tersendiri yang cukup menyiksa batin dan pikiran.

Aging is not lost youth but a new stage of opportunity and strength." — Betty Freidan

4. Punya kecenderungan menyalahkan diri sendiri

Kadang kita terlalu keras pada diri sendiri. Kita menuntut banyak hal untuk diri sendiri. Sampai akhirnya setiap kali ada masalah, kita malah menyalahkan diri sendiri. Pikiran kita terlalu sempit dan lebih sering meratapi nasib. Bukannya berusaha untuk berpikir lebih logis dan jernih, kita jadi terlalu sentimental dengan menganggap bahwa penyebab semua masalah ini adalah diri kita sendiri.

5. Terlalu sering membanding-bandingkan

Yap, hidup di era media sosial seperti ini memang tak mudah. Kita bisa dengan mudah mengintip kehidupan orang lain. Sampai kemudian kita jadi terjebak dengan kebiasaan sering membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Rumput tetangga tampak lebih hijau tanpa kita menyadari bahwa mungkin saja rumput tetangga lebih hijau karena memakai filter tertentu.

Galau dan sedih adalah bagian dari perasaan yang kita punya. Kadang kita memang sulit menolak kehadirannya. Tapi kita selalu punya dua pilihan menghadapi situasi seperti ini: terus meratapi nasib atau berusaha melakukan sesuatu untuk membuat segalanya lebih baik.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading