Sukses

Lifestyle

Kutempuh Jarak 400 KM Setiap Hari karena Aku Ingin Sembuh

Agar tak bolos sekolah dan tak boros biaya, bocah 11 tahun ini harus pulang pergi ke rumah sakit setiap harinya setahun belakangan ini. Shi Luyao yang berasal dari kota Liupanshui, Guizhou ini rela melintasi jarak ratusan kilometer setiap hari demi perjuangannya untuk sembuh dari penyakit leukimia. Kisahnya sungguh mengharukan serta menggetarkan hati.

Seperti yang dilansir oleh straitstimes.com, ketika Luyao berusia dua tahun ibunya meninggalkannya karena faktor ekonomi. Sejak saat itu, ibu Luyao tak pernah kembali lagi. Luyao pun dirawat oleh kakek neneknya. Saat berusia tiga tahun, Luyao kemudian dibawa ayahnya ke provinsi Anhui.

Tahun 2013, Luyao mendapat ujian. Luyao mengalami demam tinggi dan hasil medical check-up menunjukkan bahwa Luyao mengidap leukemia limfositik akut, jenis leukimia yang kerap menyerang anak-anak.

Untuk bisa sembuh, Luyao harus menjalani serangkaian panjang kemoterapi. "Putraku, kamu harus bertahan. Aku akan menyelamatkanmu dengan berbagai cara," ujar Ayah Luyao.

Biaya pengobatan Luyao pun sangat tinggi. Karena lokasi rumah sakit tak satu provinsi dengan tempat tinggal Luyao, hanya 30 persen biaya yang bisa dipenuhi oleh asuransi. Ayah Luyao sampai harus mencari pinjaman uang sebesar 200 ribu yuan (sekitar 389 juta rupiah) untuk biaya pengobatan Luyao.

Di tahapan akhir kemoterapi, Luyao dirawat oleh neneknya karena ayahnya harus kembali bekerja mengumpulkan biaya untuk pengobatan. Bulan Agustus tahun lalu, Luyao kembali ke kampung halamannya di Guizhou setelah kondisinya agak membatik. Tapi ia masih harus menjalani biopsi sumsum tulang.

Agar bisa sedikit meringankan beban finansial, Luyao memutuskan untuk berangkat ke rumah sakit setiap hari untuk menjalani pengobatan sendiri. Dan tahukah jarak yang harus ditempuh Luyao setiap harinya? Jarak rumah sakit ke rumahnya sekitar 400 km. Wah, jauh sekali ya.

Setiap hari, Luyao harus naik bus dan kereta untuk pergi ke rumah sakit. "Rasanya ingin menangis tapi aku tak  bisa karena aku tak mau orang lain tahu kalau aku sendirian," ujar Luyao.

Setiap kali proses biopsi sumsum tulang selesai, Luyao sebenarnya masih harus berbaring selama beberapa jam sebelum berdiri. Namun, Luyao nekat untuk langsung bangun meski rasa sakitnya belum hilang dan langsung pulang malam itu juga. Itu dilakukan Luyao karena ia tak ingin bolos sekolah. Benar-benar luar biasa sekali perjuangannya.

Luyao terpaksa harus berhenti sekolah selama dua tahun karena leukimia. Tapi ia tak pernah menyerah untuk terus belajar. Saat tak bisa pergi ke sekolah, Luyao meminjam buku dari teman-temnnya dan belajar sendiri. Saat kondisinya mulai membaik, Luyao meminta kakek neneknya untuk menyekolahkannya lagi.

"Dia terlihat sangat tertekan dan kesepian tapi nilai ujiannya sangat bagus," ujar Peng Lu, guru bahasa Cina Luyao. Peng juga memamparkan kalau Luyao termasuk siswa cerdas di sekolah. Setiap kali pulang dari rumah sakit, Luyao tak pernah absen mengumpulkan pekerjaan rumahnya.

Peng awalnya sama sekali tak menyangka kalau Luyao mengidap leukimia. Untuk membuat Luyao tak begitu kesepian lagi, Peng kemudian melibatkan empat muridnya untuk mau menemaninya belajar dan menjaganya.

Menurut dokter, pengobatan Luyao sudah berada di tahap akhir. Luyao bisa sembuh tanpa harus menjalani operasi donor sumsum tulang. Diperkirkan Luyao masih harus terus menjalani pengobatan sampai dua tahun ke depan.

Semoga kondisi Luyao bisa segera membaik, ya Ladies. Tekad dan perjuangannya untuk sembuh sangat luar biasa.



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading