Sukses

Lifestyle

Menyelami Kebudayaan Emirati Lebih Dalam di SMCCU

Fimela.com, Jakarta Mengunjungi kota Dubai di Uni Emirat Arab rasanya tidak lengkap jika tidak berusaha berkenalan dan memahami kebudayaan Emirati. Namun, di Sheikh Mohammad Centre for Cultural Understanding ( SMCCU), pengunjung dan para ekspatriat dapat langsung menikmati hidangan khas Emirati sambil berdiskusi mengenai kebudayaan mereka. 

SMCCU merupakan sebuah 'rumah' dengan motto "Open Doors, Open Minds" yang menyuguhkan menu sarapan, brunch, makan siang, makan malam, bahkan menu berbuka puasa di Bulan Ramadan, dengan gaya Emirati. 

SMCCU pertama kali didirikan tahun 1998 di bawah perlindungan Yang Mulia Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum. Terletak di sebuah rumah tradisional Emirati, lengkap dengan wind tower, di kawasan Al Fahidi, Old Dubai, SMCCU dibangun dengan misi menghilangkan tembok pembatas antara orang-orang dari berbagai kebangsaan serta meningkatkan kesadaran terhadap kebudayaan lokal mereka. 

Di sini, pengunjung dapat memilih paket yang telah tersedia dengan mengisi formulir secara online. Untuk paket sarapan, per orang dikenakan biaya 120 Dirhams atau sekitar Rp450 ribu, makan siang 130 Dirhams atau Rp490 ribu, makan malam 150 Dirhams atau Rp600 ribu, dan buka puasa di bulan Ramadan 185 Dirhams atau Rp700 ribu. 

Para pengunjung akan dijamu dengan makanan dan kopi Arab sebagaimana masyarakat Emirati menyambut tamu sehari-hari. Saat itu, tim Fimela.com dijamu pada jam makan siang. Makanan khas Emirati yang tersedia merupakan Briyani. 

"Di samping saya, ada chicken briyani. Kita semua tahu chicken briyani merupakan sajian dari India, namun masyarakat India sudah berada di sini sejak lama," jelas Fathiya dari SMCCU yang memandu acara sekaligus menjawab pertanyaan dari para pengunjung selama sesi tersebut berlangsung. 

Bebas Bertanya Mengenai Kebudayaan Emirati

Usai dijamu kopi Arab, Fathiya menjelaskan mengenai SMCCU dan sejarahnya. Juga menjelaskan bagaimana kebiasaan orang Emirati menjamu para tamu dengan kopi. Ternyata, menolak jamuan kopi Arab tersebut dianggap tidak sopan bagi mereka. 

"Kalau di sini (red. SMCCU), menolak kopi Arab tidak akan masalah. Tetapi, jika berkunjung ke rumah orang Emirati, sebaiknya terima saja. Jika tidak suka, jangan menolak, tetapi setelah menerima cangkir kopi, tutup cangkir dengan tanganmu. Dengan begitu, tuan rumah akan paham kalau kamu tidak menginginkan kopi tersebut," jelas Fathiya. 

"Seperti saya, saya tidak meminum kopi sama sekali. Orang-orang di sini sudah tahu. Tetapi tetap, saya tidak akan menolak. Mereka yang sudah tahu akan memberikan cangkir kosong. Ini merupakan cara kami menyambut tamu," lanjutnya. 

Setelah menikmati makan siang, para tamu akan kembali duduk melingkar bersama Fathiya. Diskusi dan sesi tanya jawab pun dimulai. Fathiya akan menjawab berbagai pertanyaan mengenai kebudayaan Emirati, termasuk cara berpakaian mereka. 

Sambil memeragakan dan memakai burqa, Fathiya menjelaskan fungsi dan apa arti dari pakaian perempuan Emirati. Menurutnya, perempuan Emirati biasanya mengenakan abaya hitam panjang dengan penutup kepala. Pada awalnya pakaian ini dipengaruhi oleh lingkungan, untuk menjaga tubuh dari pasir, sinar matahari yang menyengat, dan bugs. 

Lantas, bagaimana dengan burqa? Penutup wajah yang terbuat dari kulit binatang ini, jelas Fathiya, merupakan 'sunscreen' zaman dahulu. Burqa melindungi wajah dari segatan sinar matahari. 

"Kamu tidak akan menemukan burqa di mana pun. Tidak di Jordan, Mesir, hanya di daerah padang pasir. Ini dipakai ratusan tahun lalu, tetapi tidak ada yang tahu kapan perempuan mulai mengenakannya. Namun, dulu burqa dikenakan 2 minggu sebelum mereka menikah. Jadi, ini merupakan tanda kalau mereka sudah bertunangan," jelasnya. 

Kini, di era modern, burqa tetap dikenakan oleh beberapa perempuan. Namun hanya sebagai fashion semata. Bekerja di SMCCU untuk membantu orang-orang asing dan ekspatriat untuk memahami kebudayaan Emirati, tentu saja membuat Fathiya kebanjiran banyak pertanyaan. Ketika ditanya apa pertanyaan yang paling aneh, Fathiya pun menjawab sambil tersenyum. 

"Seseorang pernah bertanya kepada saya, apakah saya memiliki matahari yang sama dengannya? Saya jawab, ya, dan kami juga memiliki bulan yang sama!" Jawabnya sambil tertawa. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading