Sukses

Lifestyle

Teater Koma Hadirkan Pementasan Bertema Kehidupan Para Dewa dan Wayang

Fimela.com, Jakarta Kisah tentang para dewa masih menjadi perhatian di dunia pementasan. Hal ini yang konsisten dihadirkan oleh Teater Koma. Setelah sukses mementaskan Mahabarata: Asmara Raja Dewa pada November 2018 yang lalu, Teater Koma didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menggelar pementasan terbarunya dengan judul Goro-Goro: Mahabarata 2.

Lakon ini merupakan produksi ke-158 Teater Koma dan juga sebagai pentas besar pertama Teater Koma di tahun 2019 yang akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki mulai 25 Juli hingga 4 Agustus 2019.

“Dalam lakon terbarunya, Teater Koma kembali mengangkat kisah kehidupan para dewa dan wayang. Semoga kelanjutan kisah klasik dari Indonesia yang dikemas secara modern oleh Teater Koma ini, dapat menginspirasi dan mengedukasi para penikmat seni terutama generasi muda agar semakin memaknai ajaran luhur,” kata Renitasari Adrian Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation seperti rilis yang diterima Fimela, Kamis (18/7).

Selain mendukung pementasan, Bakti Budaya Djarum Foundation juga berpartisipasi dalam program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma. Program yang bertujuan untuk mengajak 200 generasi muda atau milenial di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma.

Program ini diharapkan dapat memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama generasi milenial yang belum pernah menonton karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang detail dari karya Teater Koma.

Pementasan Goro-Goro: Mahabarata 2 ini berkisah tentang Semar dan Togog yang ditugaskan untuk turunke Marcapada dan menghamba kepada raja-raja di sana. Semar menjadi panakawan para ksatria yang membela kebenaran. Sedang Togog menghamba kepada para raksasa penyebar kejahatan.

Kini, Semar mengabdi kepada Raja Medangkamulyan, Prabu Srimahapunggung. Togog menghamba kepada Raja Raksasa Kerajaan Sonyantaka, Prabu Bukbangkalan. Di suatu masa, karena cintanya ditolak, Batara Guru mengutuk Dewi Lokawati menjadi tanaman padi, dan padi itu dianugerahkan kepada kerajaan Medangkamulyan untuk jadi bahan makanan utama Wayang Marcapada.

Ketika Medangkamulyan panen padi melimpah-ruah, Sonyantaka malah diserang paceklik, maka Bukbangkalan sangat bernafsu merampok Medangkamulyan. Apakah Sonyantaka akan berhasil menyerang Medangkamulyan?

"Goro-Goro: Mahabarata 2 akan mengajak penonton untuk membayangkan dan memikirkan seperti apa pemimpin yang diinginkan, pemimpin yang mencintai perdamaian demi kenyamanan dan kemakmuran bersama atau justru yang mencintai pertikaian demi meraih kekuasan tertinggi,” kata Nano Riantiarno penulis naskah dan sutradara Goro-Goro: Mahabarata 2.

Melalui proses latihan yang diselenggarakan secara rutin sejak Maret 2019 dan juga kolaborasi harmonis antara kostum, tata rias, desain artistik panggung, musik, multimedia, serta kepiawaianpara pemain di atas panggung, diharapkan pementasan Goro-Goro: Mahabarata 2 dapat menjadi sebuah sajian yang unik dan menarik bagi para penikmat seni.

 

Menarik perhatian generasi muda di dunia pementasan

Sehingga kedepannya semakin banyak juga generasi muda yang tertarik untuk ikut berpartisipasi dan terjun ke dalam dunia senipertunjukan. Pementasan Goro-Goro: Mahabarata 2 kali ini didukung oleh aktor-aktor kawakan seperti Slamet Rahardjo, Idries Pulungan, Budi Ros, dan Ratna Riantiarno.

Ada juga Sari Madjid, Netta Kusumah Dewi, Rangga Riantiarno, Tuti Hartati, Dorias Pribadi, Ratna Ully, Daisy Lantang, Alex Fatahillah, Raheli Dharmawan, Emanuel Handoyo, Bayu Dharmawan Saleh, Angga Yasti, Dana Hassan, Suntea Sisca, Andhini Puteri, Yulius Buyung, Sir Ilham Jambak, Zulfi Ramdoni, Andhini Puteri Lestari, hingga Indri Djati.

 

Pendukung pementasan mulai dari tata busana hingga musik

Tata busana Rima Ananda bersama tata rias dan rambut garapan Sena Sukarya dibantu konsultan tata rias dan rambut Subarkah Hadisarjana dengan dukungan PAC Martha Tilaar akan berpadu dengan tata artistik garapan Idries Pulungan, tata cahaya besutan Deray Setyadi, latar animasi dan multimedia olahan Deden Bulqini, dimana tata gerak Ratna Ully serta arahan instruktur vokal Naomi Lumban Gaol akan diiringi oleh musik komposisi dan aransemen karya Fero Aldiansya Stefanus.

Lakon ini juga mendapat sentuhan tata grafis Saut Irianto Manik. Semua didukung oleh Pimpinan Panggung Ariffano Marshal, Pengarah Teknik Tinton Prianggoro serta Pimpinan Produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan Co-Sutradara Ohan Adiputra dan Sutradara N. Riantiarno.

#GrowFearless with Fimela

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading