Sukses

Lifestyle

Masa Depan Masih Dapat Diperjuangkan meski Ada Luka di Masa Lalu

Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.

***

Oleh: Selvy Arianti - Tangerang

Aku Memilih Berdamai Dengan Diri Sendiri agar Bahagia Menjalani Hari-Hari

Saat usiaku kanak-kanak hingga remaja, usia tersebut adalah usia yang pahit. Aku bersekolah dasar di tiga sekolah yang berbeda, pun berpindah-pindah rumah mengikuti kedua orangtua. Seringkali saat sedang merenung, aku bertanya pada diriku. “Apakah keluargaku sesulit itu hingga harus berpindah rumah dan akhirnya anak-anaknya pindah sekolah?”

Rumah yang kami tempati adalah rumah kontrakan. Dulu aku ingat berapa rumah yang sudah menjadi tempat kami berlindung diri dari panasnya matahari dan dinginnya malam hari, tapi sekarang aku sudah tak ingat lagi seluruhnya. Hanya lima kontrakan yang dapat aku ingat.

Menjadi seseorang di lingkungan yang baru selama dua atau tiga tahun berturut-turut itu rasanya seperti malas kenal siapa-siapa sebab tak terasa waktu berjalan namun perpisahan di depan mata.

Maka ketika orang lain bertanya, “Coba dong ceritain kamu punya sahabat dari masa balita atau teman terdekat saat SD nggak?” Biasanya aku hanya menjawab bahwa aku tidak ingat. Sedih sekali.

 

 

Pengalaman Pindah Sekolah

Menjadi murid baru saat masih kecil adalah hal yang paling melukaiku. Dua kali menjadi murid baru semasa SD maka dua kali pula aku merasa terintimidasi. Pertama kalinya saat aku mendapati bahwa diriku dicakar seseorang. Yang kedua kalinya saat gigiku dikomentari gigi kelinci dan kaki kananku ditendang dengan sebuah bangku.

Pertemanan bagiku adalah suatu hal yang istimewa, karena sejak kecil aku sudah banyak terpisahkan dari teman-teman yang tulus kepadaku. Air mata yang turun ketika berpisah karena berpindah tempat tinggal dan sekolah adalah bukti betapa aku sudah nyamannya tinggal di daerah tersebut.

Namun kita tahu, di antara baik adapula yang buruk. Hidup berputar seperti roda dan kita tidak dapat membuat hidup selalu bahagia saja. Terakhir kalinya pindah rumah dan sekolah, aku bahkan bertanya kepada ibuku. “Apa kita akan pindah lagi?” tanyaku. Betapa aku takut berpindah untuk kesekian kalinya.

Tidak semua orang mengalami hal yang sama denganku, pun belum tentu semua yang aku alami hanya sekadar pengalaman buruk. Meski dulunya seringkali aku merasa gugup ketika bertemu orang baru dan berkeinginan harus membahagiakan banyak orang agar mau berteman denganku hingga lupa akan kebahagiaanku sendiri, kini aku sudah berubah.

Aku menyadari bahwa pertemanan yang tulus akan sampai pada hati. Perpindahan mengajarkanku, kita akan tetap kehilangan hanya saja dengan cara dan waktu yang berbeda. Aku kehilangan masa kecil karena habis digunakan untuk berpindah, tapi aku masih memiliki masa depan yang masih dapat diperjuangkan hingga semuanya terasa indah.

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading