Sukses

Lifestyle

Review Buku Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi

Fimela.com, Jakarta Novel best seller berjudul "Negeri 5 Menara" karya Ahmad Fuadi sukses besar dan mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari pembaca. Jelas saja, novel yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009 ini tidak hanya sekedar novel biasa, tetapi isinya juga mampu memotivasi dan membuat para pembacanya terkesima dengan kehidupan didalam pesantren modern. 

Sebagai informasi, novel ini merupakan novel pertama dari trilogi yang juga bercerita mengenai para pejuang mimpi dalam mewujudkan impiannya. Ringkasnya, novel ini bercerita tentang kehidupan 6 santri dari 6 daerah yang berbeda menuntut ilmu di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur yang jauh dari rumah dan berhasil mewujudkan mimpi menggapai jendela dunia. Mereka adalah:

  • Alif Fikri Chaniago dari Maninjau
  • Raja Lubis dari Medan
  • Said Jufri dari Surabaya
  • Dulmajid dari Sumenep
  • Atang dari Bandung
  • Baso Salahuddin dari Gowa

Mereka berenam mengenyam pendidikan dan tinggal di tempat yang sama dari kelas 1 sampai kelas 6. Kian hari mereka semakin akrab dan memiliki kegemaran yang sama yaitu duduk di bawah menara pondok madani. Dari kegemaran yang sama mereka menyebut diri mereka sebagai Sahibul Menara.

Untuk lebi jelasnya, berikut Fimela.com akan mengulas buku novel "Negeri 5 Menara" rarya Ahmad Fuadi. Dilansir dari beragam sumber simak ulasan selengkapnya berikut ini. 

Novel Negeri 5 Menara

Judul Buku: Negeri 5 Menara

Pengarang: Ahmad Fuadi

Penerbit: PT Gramedia Pusat Utama

Tahun terbit: 2009

Tebal buku: 424 halaman

Harga: Rp 50.000,00

Dilansir dari ulasan-ulasan goodreads.com, novel berjudul Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi bercerita tentang seorang pemuda bernama Alif yang lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.

Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Meskipun berat untuknya, Alif teta mengikuti perintah Ibunya untuk belajar di pondok pesantren di daerah jawa.

Ketika menghadapi hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Disana dia juga sempat terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Menilik Kelebihan dan Kekurangan Novel

Sama seperti karya yang lain, novel ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan novel ini adalah substansi cerita berhasil mengispirasi anak muda zaman sekarang untuk lebih bersemangat meraih cita – cita dan rasa patuh terhadap orangtua. Novel ini juga mengubah pola pikir dan meruntuhkan stigma kita tentang kehidupan pondok pesantren yang hanya belajar ilmu – ilmu agama islam saja. Karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan umum seperti bahasa inggris, bahasa arab, kesenian, dan lain sebagainya.

Selain itu, kita juga mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu, jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi apapun itu, karena Allah Maha mendengar doa dari umatNya. Namun, sayangnya novel ini tidak memberikan gamabaran yang jelas dan tajam terhadap beberapa tokoh yang pada akhir cerita perjalanan hidupnya seprti apa, bagaimana , keadaan orang tersebut,masih ada atau tidaknya.

Meskipun begitu, novel ini sangat bagus untuk dijadikan bahan bacaan para remaja. Cerita yang berisi tentang perjuangan menggapai cita-cita tinggi dan hubungan persahabatan ini dapat dijadikan contoh yang baik bagi para pembacanya. Penempatan tokoh remaja sangat cocok untuk menggambarkan perjuangan talabul ilmi dikalangan remaja sekarang. Di dalamn novel "Negeri 5 Menara" ini, kamu akan diajak untuk menjelajahi kehidupan di sebuah pondok pesantren dengan segala tradisi yang sudah ditentukan sebelumnya. Novel ini juga sangat bermanfaat dan penuh akan pesan-pesan dan makna religius.

 

Kutipan Menarik dari Buku Novel Negeri 5 Menara

1. “Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.”― Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

2. “Karena yang membatasi kita atas dan bawah hanyalah tanah dan langit.”― Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

3. “Pasang niat kuat, berusaha keras dan berdoa khusyuk, lambat laun, apa yang kalian perjuangkan akan berhasil. Ini sunatullah-hukum Tuhan.”― Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

4. “man jadda wa jadda, man shabara zhafira”― Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

5. “Inti hidup itu adalah kombinasi niat ikhlas, kerja keras, doa dan tawakkal. Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kalau tidak ada kepentingan, kan seharusnya kita tidak tegang dan kaget.”― Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

6. “Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.”― Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

7. “Anak-anakku, ilmu bagai nur, sinar. Dan sinar tidak bisa datang dan ada di tempat yang gelap. Karena itu, bersihkan hati dan kepalamu, supaya sinar itu bisa datang, menyentuh dan menerangi kalbu kalian semua.”― Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading