Sukses

Lifestyle

7 Cara Bangkit setelah Keluar dari Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat

Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.

***

Oleh: Ika Susanti

 Beberapa tahun yang lalu, sahabatku datang dengan penampilan yang sangat berbeda. Biasanya dia selalu terlihat ceria, penuh semangat dan percaya diri. Tapi hari itu, dia terlihat pucat dan murung. Ada kesedihan dan kekecewaan yang tergambar jelas di wajahnya. Aku mencoba menebak-nebak apa yang sedang terjadi pada dirinya, hingga dia bercerita bahwa sudah seminggu ini dia resign dari perusahaan tempatnya bekerja.

Wow. Aku tahu betapa bangganya sahabatku ini pada kariernya yang cemerlang, yang selalu membuatnya sibuk bukan kepalang. Bahkan saking sibuknya, membuat kami sebagai sahabat jarang bertemu dan membuatnya lupa menikah.  

Lalu dia bercerita bagaimana dirinya merasa kalah dalam kompetisi karir yang tidak sehat. Lingkungan kerja yang tidak lagi kondusif di perusahaannya memaksanya untuk mengundurkan diri. Tapi sekarang dia justru merasa bingung harus berbuat apa. Kemarahannya pada keadaan membuatnya sulit berpikir jernih untuk masa depan.

Aku sungguh merasa prihatin melihat keadaannya. Tidak ada perempuan yang ingin mengalami kegagalan dalam hidupnya. Cara pandang masyarakat terhadap perempuan sebagai makhluk yang lemah, seakan mendapat pembenaran melihat kondisinya saat itu.

Kegagalan menyebabkan sahabatku ini terlihat insecure, merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Baginya kegagalan terasa sangat menyakitkan, karena harapan kesuksesan yang begitu tinggi. Semakin tinggi harapan, tentunya semakin menyakitkan ketika harapan  itu tidak tercapai.

Kenyataannya tidak semua perempuan mampu menoleransi kegagalan dalam hidupnya.  Bahkan ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa move on dari kondisi tersebut. Maka dibutuhkan kesungguhan untuk bisa melupakan masa lalu, dan memulai langkah yang baru. Sebagai sahabat, tentu kuberikan nasihat terbaik untuk membantunya cepat bangkit dari kegagalan.

1. Berhenti Menyalahkan

Kegagalan bisa disebabkan oleh berbagai hal tak terduga, yang seringkali tidak bisa kita kendalikan. Walaupun kita sudah merencanakan dan mengusahakan semuanya dengan sangat baik, tapi kegagalan tetap bisa terjadi dan sulit untuk kita hindari. Maka berhentilah untuk menyalahkan diri sendiri dan orang lain.

Aku memintanya untuk tidak perlu merasa bersalah dan mencari kambing hitam atas hal-hal buruk yang dialaminya. Harus disadari bahwa pada dasarnya, tidak semua harapan dapat menjadi kenyataan. Walaupun terasa berat dan menyakitkan, semua harus diterima dengan lapang dada. Pasti ada hikmah kebaikan yang bisa didapatkan dari setiap peristiwa dalam kehidupan kita.

2. Berpikir Positif

Bila kita sudah bisa menerima kegagalan dengan lapang dada, kita bisa mulai mencoba untuk berpikir positif. Hidup masih harus terus berjalan, kita perlu optimis menghadapi masa depan. Jangan biarkan pikiran dan perasaan buruk menguasai diri kita. Merasa tidak mampu, merasa tidak cukup baik, merasa bersalah, merasa malu dan merasa rendah diri. Apalagi bila sampai bersikap menarik diri dari lingkungan.

Aku mengingatkannya untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan, yang menyebabkannya semakin terpuruk. Aku mengajaknya segera bangkit dan kembali bersemangat menjalani hidup. Yang diharapkannya belum tentu yang terbaik bagi dirinya. Kegagalan sebenarnya adalah  cara Tuhan menunjukkan  bahwa masih ada jalan lain untuk mewujudkan cita-cita.

3. Memperbaiki Diri

Daripada berlarut-larut dalam kesedihan, sebaiknya kita segera memperbaiki diri. Memahami apa kekurangan diri kita, bukan untuk disesali tapi untuk diperbaiki. Menggali potensi dan meningkatkan kompetensi, agar kita lebih dihargai oleh orang lain. Kompetensi yang tinggi akan membuat kita lebih percaya diri, dan tidak takut menghadapi segala tantangan.

Aku coba memberinya ide untuk mengembangkan bisnis dan melakukan kegiatan-kegiatan positif. Aku tahu dia menyukai bidang event organizer. Kegiatan ini bisa menjadi peluang bisnis yang memberikan manfaat dan membuatnya bahagia. Aku juga mendukungnya untuk mengikuti kelas bahasa asing dan public speaking, yang bermanfaat untuk menunjang bisnis event organizer yang akan digelutinya.

4. Mencari Lingkungan yang Positif

Jauhi orang-orang yang terbukti membohongi,  meremehkan dan menjatuhkan diri kita. Hindari orang-orang dengan pikiran negatif, yang justru membuat kita berlarut-larut dalam kemarahan, kesedihan dan kekecewaan. Bertemanlah dengan orang-orang yang berpikiran positif,  yang bisa mendorong kemajuan kita dengan sikap optimis, sehingga bisa cepat move on dari kegagalan.

Sahabatku ini perlu lingkungan yang positif untuk mendukung mentalnya agar lekas sembuh. Cepat lambatnya kesembuhan itu tergantung dari kemauan dirinya dan dukungan lingkungan. Bila dirinya ada di lingkungan yang salah, sulit baginya untuk keluar dari keterpurukan. Sebaliknya bila berada di lingkungan yang positif, maka dirinya akan cepat bangkit dari kegagalan.

5. Mencoba Tantangan Baru

Dengan modal kompetensi yang semakin baik, kita akan punya keberanian untuk berkompetisi. Dan kita juga tidak akan takut untuk mencoba tantangan baru. Mungkin saja apa yang kita jalani selama ini bukan hal yang terbaik bagi diri kita. Mungkin saja masih ada potensi lain pada diri kita yang belum kita kembangkan. Maka saatnya bagi kita untuk mencari jalan kesuksesan yang lain.

Aku yakin kegagalan ini akan menempanya untuk lebih berhati-hati dalam melangkah dan mengambil keputusan. Kusarankan padanya untuk tidak takut mencoba hal-hal baru, terutama minat bisnisnya di bidang event organizer. Walaupun tidak bisa langsung berhasil, tapi dengan kesabaran dan ketekunan,  suatu saat kesuksesan akan bisa diraih.

6. Selalu Bersyukur

Saat kita mengalami kegagalan, kita akan tahu siapa yang tetap setia mendampingi kita dalam suka duka. Mendorong kita untuk terus maju dan menguatkan kita untuk pantang menyerah. Bersyukur mempunyai keluarga, sahabat dan teman-teman baik yang menyayangi kita, dan mau menerima kita apa adanya. Mereka tidak pernah mempermasalahkan seberapa sukses hidup kita, tapi mereka peduli dengan seberapa besar masalah yang kita hadapi.

Aku memintanya untuk introspeksi diri, mungkin selama ini dirinya lupa bersyukur, sibuk mengejar bintang di langit  dan lupa menginjak bumi. Terlalu fokus dengan eksistensi diri dan kurang peduli dengan orang-orang yang menyayanginya. Bersyukur diberikan kegagalan yang membuatnya mawas diri, sehingga bisa terus belajar menjadi manusia yang lebih baik.

7. Bangkit dari Kegagalan

Setelah kejadian itu, sekitar 2 tahun kemudian sahabatku menikah di usianya yang mendekati 42 tahun.  Bisnis event organizer telah membuatnya berjodoh dengan salah satu kliennya. Walaupun sedikit terlambat, tapi hidupnya terlihat lebih tenang dan bahagia. Dan hingga sekarang bisnis ini terus ditekuninya.

Aku sekarang melihatnya sebagai sosok perempuan yang anggun dan bersahaja. Obrolan kami pun jadi lebih nyambung, kami jadi punya banyak waktu bersama. Bedanya sekarang kami bisa double couple dengan pasangan masing-masing.

Dari kegagalan kita belajar kesalahan demi kesalahan, dan kita terus memperbaikinya hingga meraih kesuksesan.  Orang-orang sukses bukanlah mereka yang tak pernah gagal, tapi mereka yang tidak pernah menyerah. Dan sebagai perempuan, sesungguhnya kita sangat berdaya dengan segala potensi yang kita punya. Jadi cepatlah bangkit dari kegagalan, untuk meraih kesuksesanmu yang tertunda.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading