Sukses

Lifestyle

Ayah Menjadi Penyelamat saat Aku Sempat Hilang Arah di Masa Remaja

Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.

***

Oleh:  Helmi Rafif

Bapakku, sosok yang menjadi kebanggaanku. Beliau taat beribadah , selalu bersyukur, tidak pernah mengeluh , suka membantu orang lain dan selalu ada dalam setiap cerita kedukaan dan kebahagiaanku. Dalam proses bertumbuh dan berkembangnya diriku di masa remajaku menuju lelaki dewasa  banyak  lika liku yang harus kuhadapi.

Ibu yang menurut penilaianku sosok yang over protektif, cerewet dan terlalu mengatur  sehingga menimbulkan konflik yang tidak sepantasnya dilakukan oleh anak terhadap orang tua.  Membentak ibu dan mengabaikan nasihatnya adalah kesalahan terbesar dalam hidupku.  Belum lagi lingkungan yang kurang baik, di mana saat itu lagi tren game di warnet yang meghabiskan uang dan waktu.  Lupa sholat, lupa makan, lupa waktu, lalai tugas sekolah adalah hal yang membuat konflik konflik dengan ibuku jadi kseseharian.  

Hari-hariku dihabiskan dengan rutinitas sekolah, main game dan motoran tanpa arah dan tujuan yang jelas,  sama seperti hidupku mau dibawa k emana dan menjadi apa belum terarah saat itu.  Di manakah bapakku?  Ada, beliau selalu tarik ulur untuk mendidik dan membimbingku dengan kesabaran dan ketelatenannya.  

Bapakku mengatakan kesalahan akan menjadi sekolah yang diingat sepanjang hidup.  Jadi Bapak membiarkan bukan berarti mendukung perbuatan kurang baik yang kulakukan tetapi beliau memberiku kesempatan untuk ikut memahami kesalahan itu sendiri.  Orang cerdas tidak akan pernah jatuh ke dalam lubang yang sama.  Itulah prinsip yang beliau ajarkan kepadaku.  Jadi jangan membuat kesalahan yang sama untuk belajar.

Akhir bulan Desember 2018 adalah awal tumbuhnya kesadaranku betapa berharganya ibuku, waktuku dan masa depanku.  Saat itu aku berkeinginan naik gunung dan saat itu usiaku 15 tahun dan bapakku berusia 45 tahun menyetujui dan mendukung keinginanku.  

Berangkatlah kami berdua mendaki gunung dan tidak tanggung tanggung yang menjadi opsi tujuan adalah Gunung Semeru tertinggi di pulau Jawa.  Sepanjang jalan beliau  selalu memberiku wawasan tentang keesaan dan keagungan Tuhan.  Mengajariku untuk tahu asal usul dan akan kemana aku kembali.  Menggugah nuraniku untuk kembali mengingat Robbku.  

Perjalanan yang panjang melelahkan dan mengharuskan kami harus berhenti di beberapa titik untuk beristirahat.  Bapakku kembali mengingatkan lelah ini tidak seberapa dan tiada artinya dengan perjuangan ibu melahirkan dan membesarkanku.  Dan air mataku  menetes betapa aku durhaka kepada ibuku yang selalu berusaha melindungi membesarkan dan menjaga ku demi masa depanku yang baik.  

Bapak, Panutanku

Hingga tiba peristiwa sangat mengharukan dengan perasaan campur aduk yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata ketika aku dan Bapakku mencapai puncak gunung tertinggi pulau Jawa itu.  Di situlah pelajaran hidupku. Ingatlah dari mana dirimu berasal dan akan k mana engkau kembali jadi hargailah waktumu, gunakan untuk yang bermanfaat bagi masa depanmu, ingatlah selalu Tuhanmu dan hormati hargai orang tuamu.  Belajarlah dari kesalahan tetapi jangan pernah membuat kesalahan yg sama untuk belajar.  Menua pasti, dewasa adalah pilihan.  Pesan-pesan bapakku inilah yang menginspirasiku untuk berubah menjadi lebih baik. 

Waktu bergulir, saat ini aku sudah menyadari penuh betapa berharganya ibu bapakku, betapa berjasanya mereka dalam hidupku.  Sejak dari puncak Semeru kuperbaiki dan kutata prilakuku.  Nasihat ibuku selalu kudengarkan dan kupatuhi.  Tidak ada lagi konflik, tidak ada lagi perdebatan yang menorehkan luka dan tangis ibuku yang ada adalah sikap tawadhuk, sopan santun dan kasih sayang anak terhadap orang tua.

Ibuku adalah orangtuaku, bagaimanapun beliau pasti selalu mengusahakan yang terbaik untuk anaknya.  Pelajaran yang kulihat dan kuterapkan dari Bapakku yang selalu mengusahakan silaturahmi berkunjung kepada ibunya hanya untuk memijit punggung dan mendengarkan ibunya bercerita  keluh kesahnya meski jarak yang ditempuh ribuan km dengan rentang waktu 7 jam perjalanan darat.  Bapakku yang selalu mendengarkan apa pun yang disampaikan ibunya tanpa pernah menyakiti hati dan menyinggung perasaannya.  Beliau berprinsip siapa pun yang memuliakan ibunya pasti hidupnya akan dimudahkan.

Pondok pesantren adalah pilihanku untuk belajar menuntut ilmu, tiga tahun sudah berlalu dan kini aku jadi lelaki yang percaya diri, terarah dan berani menantang masa depan yang gemilang.  Cita-citaku menjadi seorang kyai pengusaha seperti yang disampaikan bapakku agar menggantungkan cita-citaku setiggi langit sehingga bila terjatuh akan berada di antara bintang bintang.  Beliau kutip dari pesan Ir.Sukarno.  

Bapak terima kasih sudah mendidikku untuk menjadi insan yang relijius, yang tahu arah hidup dan tahu bagaimana berperilaku yang baik sebagai seorang anak.  Bapakku, pahlawanku, inspirasi hidupku.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading