Sukses

Lifestyle

Ketika Hidup Butuh Diperjuangkan, Menyerah Bukan Pilihan bagi Perempuan

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Titis Widawati

Cerita ini kutulis tepat di hari ulang tahunku, sebagai salah satu cara mengapresiasi diri sendiri karena telah sanggup berjuang hingga di titik sekarang ini. Ingin berbagi kisah, sepenggal perjalanan hidup untuk bisa saling menyemangati, memotivasi dan menguatkan di setiap keadaan.

Aku dilahirkan di tengah keluarga sederhana, menjadi satu-satunya anak perempuan dari tiga bersaudara di salah satu desa di pinggiran. Semangat juangku dinyalakan sejak masa kanak-kanak, menolak padam dan terus berkobar hingga sekarang. Kehidupan dan lingkungan masa kecil menempaku begitu keras, mencetakku menjadi pribadi kuat dan tidak mudah menyerah.

Melalui masa Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) dengan keseharian ikut berjualan kue, es lilin, kerupuk, hingga memanjat pohon mencari kayu bakar telah memberiku pengalaman luar biasa. Begitu lulus SD, ibu berambisi menyekolahkanku di Sekolah Menengah Pertama (SMP) terbaik di kota yang mengharuskanku hidup mandiri sebagai anak kos sejak umur 12 tahun, karena jarak dari rumah ke sekolah sejauh 30 km. Untuk mendapat harga kamar dan uang makan yang lebih murah dibanding penghuni kos yang lain, aku harus membantu bersih-bersih rumah pemilik kos setiap sore hari di jam istirahatku.

 

 

 

Perjuangan Kuliah Kedokteran

Hidup sebagai anak kos berlanjut hingga menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga akhirnya berhasil lolos UMPTN diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi di salah satu universitas negeri sesuai harapan orang tua.

Perjuangan kuliah kedokteran dengan dana pas-pasan tidak membuatku gentar dan pesimis. Menutup mata pada rupa-rupa kesenangan gaya hidup mahasiswa yang lain, fokus pada keberhasilan kuliahku yang tidak mudah. Beruntung biaya kuliah sedikit terbantu perolehan beasiswa prestasi meski tidak seberapa banyak. Buku cetak materi kedokteran yang bagiku sangat mahal dan tidak terjangkau tidak satu pun terbeli, aku hanya sanggup fotokopi buku milik teman dan kuwarnai dengan pensil warna pada bagian-bagian yang butuh dipelajari warnanya.

Meski dengan segala keterbatasan, dengan penuh perjuangan gelar sarjana berhasil kuraih kurang dari 4 tahun, dan saat sumpah profesi, masih mampu berada di posisi kedua nilai tertinggi dengan IPK hanya selisih 0,01 dari peringkat pertama.

Perjuangan hidup seakan tiada berujung, berlanjut di sepanjang perjalanan hidupku hingga sekarang. Di tahun kedelapan pernikahan, suami kehilangan pekerjaan. Awal-awal yang berat pasti kualami, tetapi berdiam diri dan meratap itu bukan pilihan. Aku memilih tetap bediri, melangkah dan berjuang. Tuhan telah memberiku berkat kesehatan, profesi yang baik, dan mental tahan banting untuk mempertahankan kehidupan keluarga, juga membantu saudara.

Peran Apa pun yang Tuhan Berikan Untukmu, Tetaplah jadi Wanita Kuat

Hingga ketika pandemi covid-19 tiba-tiba menyapa, cukup menggoyahkan tiang ekonomi yang sudah dibangun. Praktik mandiri yang sering tutup ketika status pandemi di tempat tinggal kami berada di zona merah, memaksa kami sedikit demi sedikit mengambil uang tabungan yang makin hari makin menipis. 

Stay at home berkepanjangan mengharuskan kami bertahan dengan kondisi yang ada. Bersyukur sudah terlatih hidup susah dan berjuang sejak kecil, menjadikanku lebih siap dan kuat menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu sesuai harapan, membuat lebih bisa survive dengan kondisi yang ada. Bekerjasama dengan suami mengurus semua pekerjaan rumah tangga tanpa harus membayar pembantu, memangkas keinginan jalan-jalan dan makan di luar.

Bekerja sebagai tenaga kesehatan memang mengharuskanku tetap bekerja di instansi kesehatan milik pemerintah tanpa work from home, tetapi berdiam diri di rumah setelah jam kerja tanpa membuka praktik mandiri membuatku tidak betah. Hobiku menanam aneka tanaman bunga dan buah-buahan di halaman sekitar rumah, memunculkan  ide untuk berjualan bibit tanaman yang kukembangkan sendiri selama tidak buka praktik, dan bersyukur beberapa rupiah bisa kudapat dari hobiku ini.

Kondisi bersangsur membaik ketika perlahan-lahan mulai bisa buka praktik kembali setelah membeli beberapa peralatan tambahan yang wajib disiapkan untuk membuka praktik selama pandemi. Berkat Tuhan akan terus mengalir luar biasa bagi setiap orang yang tetap mau berusaha dan berjuang di segala keadaan.

Peran apa pun yang Tuhan berikan untukmu, tetaplah jadi wanita kuat, hebat dan bermanfaat. Sekalipun ketika tulang rusuk mendapat karunia harus bisa menjadi tulang punggung ataupun tulang-tulang yang lain, lakukan semua peranmu dengan penuh syukur semampumu, dan sisanya serahkan pada Tuhan yang akan mengatur seluruh rahasia masa depan.

 

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading