Sukses

Lifestyle

Keluarga yang Membentuk Pribadiku, Membantuku Tumbuh Jadi Perempuan Kuat

Fimela.com, Jakarta Di bulan Juni ini, Fimela mengajakmu untuk berbagi cerita tentang keluarga. Untuk kamu yang seorang ibu, anak, mertua, menantu, kakak, atau adik. Ceritakan apa yang selama ini ingin kamu sampaikan kepada keluarga. Meskipun cerita tak akan mengubah apa pun, tapi dengan bercerita kamu telah membagi bebanmu seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela dalam Lomba My Family Story: Berbagi Cerita tentang Sisi Lain Keluarga berikut ini.

***

Oleh: Pramudita Kurnia

Keluarga adalah tempat kau datang, pergi dan kembali. Keluargalah yang membentukmu menjadi seorang dengan pribadi tertentu, mengantarmu pada realitas hidup dan kembali pada akarmu.

Aku akan bercerita tentang keluargaku dengan sifat-sifat mereka yang mungkin akan menghibur para Sahabat Fimela yang tersayang!

Keluargaku dengan Kelebihan dan Kekurangannya

Yang pertama adalah Ayahku. Ayahku orang yang sedikit jorok. Ia suka makan berantakan. Ibuku sering marah melihat bekas makannya. Lalu pernah saking joroknya ia membasuh pintu kamarku dengan lap kotoran. Aku sampai marah dibuatnya.

Ia juga tidak disiplin. Ayahku suka telat datang ke kantor. Terlena nonton video politik membuatnya lupa waktu. Tak hanya itu, ia juga kerap kali bermain badminton sampai tengah malam. Selesai bermain, tinggal mengeluh badan sakit semua.

 

Karakter Anggota Keluargaku

Aku memang dibuat kesal oleh perilakunya. Saat aku menumpahkan makanan dan kalau sampai Ibu tahu hal ini aku pasti bakal dimarahi. Akan tetapi Ayah tidak pernah mengadu perbuatanku itu pada Ibu. Ia bilang itu perbuatannya. Ibuku percaya saja karena memang Ibu pikir Ayah orang yang jorok.

Walaupun terkenal tidak disiplin, Ayahku tetap menjadi karyawan favorit Bosnya. Bahkan sampai umur pensiunnya kini, ia masih dipertahankan untuk jadi karyawan. Itu semua karena Ayahku orang yang tekun dan tanggap sekali. Ia juga sangat pengertian dan suka membantu koleganya yang sedang kesusahan.

Kedua adalah Ibuku. Sebenarnya hubunganku dengan Ibu sangat tidak baik. Ibu bermulut pedas, bertemperamen buruk dan tak ragu untuk main tangan. Waktu kecil aku suka dipukuli dan dimarahi dengan kata yang tidak pantas. Aku sangat sedih sampai rasanya tidak mau untuk punya anak di masa depan karena trauma akan perilaku Ibuku.

Namun di balik sifatnya yang keras terdapat sifat keibuan dan penyayang. Aku dan adikku selalu dilayani sewaktu kecil. Aku saja hanya diizinkan menyapu, mengepel dan menyiram tanaman. Tugas pekerjaan rumah lainnya ia yang mengerjakannya. Ibu membiarkan kami menikmati waktu dan belajar karena takut kami kelelahan sampai sakit. Sewaktu kami sakit pun, dengan setia ia merawat kami. Padahal kami tahu Ibu lelah sekali.

Ketiga adalah adikku. Aku hanya punya satu adik perempuan. Ia sangat dimanja oleh Ayah dan Ibuku. Kadang kala ia egois. Misalnya soal bantal, ia dan Ibu suka bertengkar karena rebutan bantal. Ia suka pakai bantal Ibu tapi Ibu tidak boleh pakai bantalnya. Dulu hampir semua permintaannya harus dituruti. Kalau tidak, ia akan ngambek.

Walaupun egois dan manja, ada sifat dewasanya yang melebihi aku tersimpan di dalam hatinya. Ia suka menasehatiku supaya menjaga sikap di depan saudara-saudaraku yang lain. Jika aku benci seseorang, aku mudah menampakkannya di depan orang itu termasuk saudaraku. Adikku bilang kita harus membangun citra yang baik di depan saudara. Karena kita adalah representasi didikan orang tua kita.

Kucing-kucingku yang Menjadi Pelengkap Keluargaku

Keluarga kami memang sudah cukup. Tapi dari dulu aku ingin sekali memelihara binatang. Ketika tetanggaku menawarkan anak kucing pada kami, kami langsung menerima tawarannya dengan senang hati. Awalnya begitu sulit memelihara kucing. Ia suka mengacak-acak barang, buang air dimana-mana dan lain-lain. Perlahan kami pun menerima dan beradaptasi.

Kucing pertamaku namanya Tallinn. Tallinn adalah ibukota Estonia. Aku memberi nama itu karena ingin pergi ke sana. Tallinn adalah campuran Persia dan kampung. Beberapa bulan setelah diadopsi, Tallinn hamil dan lahirlah Gatto. Gatto kuambil dari Bahasa Italia yang artinya kucing. Kukira Gatto betina ternyata jantan.

Ibu awalnya tidak suka kucing. Lama kelamaan ia jadi cinta kucing dan binatang lainnya. Ia mudah tersentuh ketika ada berita atau melihat binatang yang disiksa. Setelah beberapa bulan Gatto lahir, ada anak-anak kucing kampung tanpa induk. Induknya mati dilindas mobil. Ibu segera menyelamatkan anak-anak kucing itu dan merawatnya sampai dewasa.

Keluarga pamanku juga memelihara kucing kampung betina yang lucu. Namanya Mojo. Mereka tinggal di sebelah rumah kami. Pertama saja disayang tapi ujung-ujungnya dibuang. Mojo tidak diurus dengan baik dan selalu mengeong memanggil keluarga pamanku. Namun sayang, mereka acuh dan tak lagi menganggap Mojo ada. Dari situ Ibuku mengambil Mojo. Mojo kami rawat dengan kasih sayang bersama anak-anaknya yang lucu.

Terakhir ada Winter dan Moa. Dua kucing betina yang diselamatkan Ibuku. Winter selalu jadi bulan-bulanan anak kecil. Sedangkan Moa meringkuk kedinginan tanpa induk saat hujan turun di jalan. Kami merawat mereka semua dengan kasih sayang. Mereka telah menjadi pelipur lara kami dan bagian dari keluarga kami.

 

 

Keluarga yang Membentuk Pribadiku, Menghadapkanku pada Realita Hidup dan Tempatku Kembali

Ayahku orang yang sangat lembut dan royal. Ia selalu memberikan apa yang kumau dan butuhkan serta melimpahkanku dengan kasih sayang sehingga aku menjadi pribadi yang selalu cukup dengan cinta. Ikut mendukung dan membantuku saat mencari kerja atau saat sudah bekerja. Tempat untuk menyenangkan hatiku dengan berkeliling naik motor bersamanya.

Ibuku orang yang keras dan tegas. Ialah yang membuat mentalku sekuat baja dan meraih prestasi saat sekolah maupun bekerja. Ia mengajarkanku cara bertahan hidup dengan uang seadanya. Seorang perawat yang lumayan baik dikala aku sakit.

Adikku orang yang bijaksana. Ia mendukungku dengan segala keputusanku namun tetap mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang awas dan berhati-hati dalam mengambil tindakan. Selalu tanggap membantuku ketika komputerku bermasalah saat mengajar. Menjadi tempat terbaik untuk berkeluh kesah akan kehidupan.

Kucing-kucingku, dengan keberadaan mereka menjadikanku orang yang berempati tinggi, peduli akan sesama dan lingkungan. Menghiburku saat sedih menerpa. Menjadi tempat yang tepat untuk berkoneksi dengan sang Pencipta dengan menyayangi dan mengasihi mereka sebagai mahluk ciptaan-Nya. Karena sayangilah semua yang ada di bumi, niscaya yang di Langit akan menyayangimu.

Kita tidak bisa memilih keluarga yang mana kita lahir. Tuhan telah menentukan di mana kita lahir dan itu adalah keputusan yang terbaik tanpa kita sadari. Keluargaku adalah tempatku datang, pergi dan kembali.

 

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading