Sukses

Parenting

KPPPA: Pemberian Susu Kental Manis Berpotensi Langgar Hak Anak 

Fimela.com, Jakarta Upaya bersama menjaga anak-anak agar tidak menjadi korban stunting perlu dilakukan. Hak anak harus diberikan secara penuh termasuk hak atas makanan bergizi. 

 

Baca juga:

 

Pemberian makanan tidak bergizi kepada anak seperti susu kental manis berpotensi melanggar hak anak. Dr. Entos Zainal ,SP, MPHM, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengatakan isu kesehatan yang paling berpengaruh pada anak dan remaja adalah stunting, malnutrisi, anemia, penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, HIV/ AIDS, kekerasan, rokok dan narkoba.

 

Baca juga:

 

Dari seluruh permasalahan di atas, stunting masih menyisakan pekerjaan rumah yang berat, baik bagi pemerintah dan juga masyarakat. Sebab, Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan stunting pada 2024 hingga 14%, sementara saat ini angka stunting masih berkisar 27%. Maka semua pihak harus berperan penting dalam mengedukasi orangtua agar tidak memberikan susu kental manis pada anak, sebab kental manis menjadi salah satu penyebab anak stunting.

“Kita harus jaga betul agar susu kental manis tidak diberikan kepada bayi. Pemenuhan hak anak terlanggar bila susu kental manis terus diberikan sebagai minuman pengganti susu untuk anak, ” lanjut Entos.

Ketua Bidang Advokasi KOPMAS R. Marni memaparkan temuan-temuan KOPMAS terkait permasalahan gizi anak selama 2020 – 2021. “Permasalahan gizi anak dan remaja, jika ditarik benang merahnya, semua bersumber pada keluarga. Bagaimana kebiasaan makan anak, bagaimana gaya hidup anak saat remaja hingga dewasa, apakah abak-anak tumbuh dengan gizi yang cukup atau malah beresiko anemia, ini tergantung dari bagaimana perlakuan keluarga terhadap anak. Dengan kata lain, orang tua yaitu ibu dan bapak harus paham benar mengenai tumbuh kembang anak,” jelas Marni.

 

Baca juga:

 

Fakta masyarakat masih berisiko mengalami gizi buruk

Dalam temuan KOPMAS baru-baru ini, saat mengadvokasi gizi untuk masyarakat di Ciboleger dan Ciemes, Marni mengungkapkan bahkan masyarakat yang selama ini dikenal hidup dengan kearifan lokal, mengkonsumsi makanan yang bersumber dari alam pun berisiko gizi buruk. 

“Jika dulu masyarakat Baduy ini identik dengan hidup tanpa teknologi, sekarang mereka sudah akrab dengan gadget dan televisi. Dampaknya adalah, anak-anak Baduy yang biasanya makan singkong, sayur dan ikan-ikanan, kini terbiasa makan sosis, baso, nugget dan pagi sarapan dengan sereal atau susu kental manis. Bahayanya adalah, orangtua tidak paham bahwa apa yang dimakan anak-anak mereka tidak sesehat menu dari ladang yang dahulu biasa mereka konsumsi,” papar Marni. 

Namun, Marni mengatakan ada hal positif dari mulai terbukanya mereka terhadap modernisasi, seperti bidan dan puskesmas yang sudah bisa memberikan layanan kesehatan bahkan imunisasi.

“Tapi yang masih kami sayangkan adalah, pemeriksaan kesehatan ini masih minim edukasi gizi. Bahkan di Ciemes kami justru menemukan bidan yang tidak paham kandungan susu kental manis,” pungkas Marni.

 

Baca juga:

 

#elevate women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading