Sukses

Parenting

6 Hal Sederhana yang Perlu Dilakukan Orangtua Saat Mendidik Anak Sejak Dini

Fimela.com, Jakarta Melihat anak-anak tumbuh menjadi seseorang yang lebih dewasa merupakan hal yang pastinya ditunggu-tunggu oleh orangtua. Tapi, tak jarang pula orangtua yang tak ingin melihat anaknya cepat besar dan dewasa. 

Hal ini dikarenakan, masa remaja merupakan masa anak-anak menjadi manusia yang bisa memberontak, atau dalam kata lain rebel. Adanya kondisi ini, membuat orangtua merasa panik jika anaknya terlalu cepat tumbuh dewasa. Maka dari itulah, orangtua harus mendidik anak dengan baik sehingga anaknya bisa lepas dari stereotip tersebut. 

Dokter anak di Rumah Sakit Anak Philadelphia Research Institute Kenneth Ginsburg, mengatakan bahwa “Jika anak-anak terus mendengar bahwa mereka akan berubah menjadi monster ketika mereka menginjak masa remaja, mereka akan berpikir bahwa mereka harus berperilaku tidak baik agar menjadi normal,” dikutip dari Parents.com

Maka dari itu, orangtua harus mendidik anak dan memiliki pola asuh yang baik demi membangun dan mengolah aset perkembangan dirinya di masa depan. “Asuh anak seperti merawat portofolio investasi, karena pastinya akan berguna di masa yang akan datang,” ujar Stephanie Carlson, Ph.D.,seorang profesor di Institute of Child Development di University of Minnesota. 

Berikut 6 cara sederhana untuk mendidik anak yang bisa orangtua lakukan pada anak sejak dini agar bisa membantu anak tumbuh lebih baik secara mental dan emosionalnya.

Buat hierarki aturan

Ketika anak masih kecil, mereka umumnya berasumsi bahwa kuasa paling besar atas semua perintah adalah dari orangtua. Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, anak pasti akan bertanya-tanya dan cenderung memberontak perintah dan omongan dari orangtuanya. 

Tak ada yang salah dengan hal itu, tetapi ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk membantu anak remaja tetap berperilaku baik jika orangtua menetapkan beberapa aturan yang tidak untuk diperdebatkan, yakni dengan membuka diskusi sehingga pendapatnya juga dianggap penting. 

Percayalah bahwa anak selalu mendengarkan orangtuanya

Saat beranjak dewasa, banyak orangtua yang berasumsi bahwa anaknya tidak lagi mendengarkan nasihat dan mengabaikan setiap perintah dari orangtuanya. Padahal, kenyataannya para remaja tetap mendengarkan orangtua, dan peduli dengan apa yang dipikirkan dan dikatakan orangtuanya, kata Dokter Ginsburg, dikutip dari Parents.com.

Ketika mereka melakukan suatu kesalahan seiring bertambahnya usia, beri tahu mereka bahwa kamu sebagai orangtua akan selalu ada untuk membantu mereka menjadi lebih baik. Anak-anak akan selalu menginternalisasi apa yang orangtuanya katakan kepada mereka. Sehingga, jangan pernah meremehkan peran besar yang kamu mainkan dalam jiwa mereka, dan bagaimana kamu dapat menggunakannya untuk kebaikan.

Bantu mereka mengatasi kecemasan

Bagaimana orangtua berinteraksi dengan balita benar-benar dapat memberi mereka alat untuk mengatasi stres bertahun-tahun ke depan. Ketika seorang anak ketakutan dalam suatu situasi, jangan jauhkan anak dari hal yang membuatnya takut, tapi dorong mereka untuk bisa mengatasi kecemasan tersebut dengan memberikan kata-kata positif seperti “Kamu bisa melakukannya,”

Dorong anak untuk mendekati situasi yang menantang dengan cara lembut sehingga mereka mendapatkan kepercayaan diri daripada membiarkan sumber kecemasan menjadi terlalu besar dalam pikiran mereka. Jika anak-anak telah belajar bagaimana menangani kecemasan sejak mereka kecil, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk membuat transisi yang mulus ke masa remaja. 

Dorong mereka dengan perspektif positif

Remaja selalu bersikap dramatis ketika menghadapi suatu hal yang membuat dirinya sedih, seperti menghadapi penghinaan, dan diperlakukan tidak baik oleh teman sebayanya. Namun, orangtua bisa melatih anak untuk selalu bersikap positif dengan cara memberikan perspektif positif terhadap setiap hal yang mereka lalui. 

Latihan ini dapat membantu anak untuk merasa lebih nyaman berbicara tentang kekecewaan, tetapi juga mengenali hal-hal positif. Hal ini juga dapat membantu mereka menangani traumanya agar tidak merasakan kesedihan yang berlarut-larut.

Sabar

Di usia balita, anak-anak tidak bisa dituntut untuk melakukan sesuatu dalam waktu singkat. Ini bukanlah hal yang disengaja, namun memang terjadi secara ilmiah. Menurut Dokter Carlson, dikutip dari Parents.com, balita baru membangun koneksi saraf di usia tersebut, dan butuh waktu untuk sinyal melewati neuron yang ada di otaknya. Sehingga, semua hal yang dilakukan oleh balita cenderung akan lebih lambat dibanding hal yang dilakukan oleh orang dewasa. 

Maka dari itu, orangtua perlu sabar untuk menghadapi anak-anaknya yang masih berusia balita untuk tidak terburu-buru dalam mengajarkan atau memerintahkan sesuatu untuk dikerjakan. Anak yang terbiasa diburu-burukan oleh orangtuanya akan merasa panik setiap saat mendapatkan perintah dan tidak bisa mengontrol napasnya sebelum mereka bertindak.

Hal tersebut penting untuk selalu dilakukan ketika mereka sudah beranjak dewasa untuk memungkinkan mereka dapat memutuskan hal apa yang menurutnya baik dengan pertimbangan-pertimbangan yang mereka pikirkan terlebih dahulu secara matang. 

Bercerita

Pola komunikasi dalam keluarga sudah diatur sejak dini. Jika kamu ingin anak-anak selalu berbicara denganmu ketika mereka remaja, pastikan kamu menghabiskan banyak waktu untuk berbicara dengan mereka ketika ia masih berusia balita. 

Anak-anak yang terbiasa mendengarkan cerita dari orangtuanya, cenderung akan lebih terbuka ketika dirinya beranjak dewasa, karena mereka merasa orangtuanya selalu bersikap terbuka dan menceritakan segala hal kepada dirinya. 

Penulis: Chrisstella Efivania

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading