Sukses

Parenting

Tips Mengasuh Anak dengan Tepat bagi Orangtua yang Memiliki Trauma Inner Child

Fimela.com, Jakarta Inner child adalah hasil dari sekumpulan peristiwa masa kecil yang membentuk kepribadian seseorang. Rangkaian peristiwa tersebut dapat menyenangkan atau bahkan tidak menyenangkan. Sayangnya, tidak semua orang menyadari tanda inner child yang terluka akibat peristiwa buruk di masa kecilnya. Sulitnya menyadari inner child yang terluka, disebabkan oleh peristiwa buruk di masa kecil yang seringkali dianggap sebagai hal normal.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, Orang khususnya anak terbiasa mengubur rasa sakit akibat peristiwa buruk yang diterimanya. Tanpa disadari, seringkali rasa sakit tersebut terwujud dalam bentuk perilaku atau tindakan yang mengganggu kehidupannya di masa dewasa. Jika trauma inner child terbawa hingga dewasa, inner child ini juga dapat menentukan pola asuh pada anak.

Seseorang yang banyak mengalami peristiwa menyenangkan, maka inner childnya akan berkembang dengan baik dan memberi energi positif bagi jiwa dan perilakunya. Sebaliknya, jika seseorang sering mengalami peristiwa yang menyakitkan, maka inner childnya akan membekas dan menimbulkan luka pada jiwanya. Pada beberapa kasus, orangtua yang mengalami trauma inner child membawa dampak negatifnya dalam hal mengasuh anak. Perlu diingat bahwa melampiaskan trauma inner child dalam mengasuh anak hanya akan memperpanjang mata rantainya. Berikut beberapa tips mengasuh anak pada orangtua yang memiliki trauma masa kecil.

Berdamai dengan Diri Sendiri

Mengubah perilaku anak dimulai dengan merefleksikan diri sendiri. Salah satu cara untuk mengelola trauma inner child adalah dengan berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu. Belajar untuk menerima bahwa dulu pernah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan.

Tentu hal tersebut tidak mudah, ketika harus mengingat kejadian yang tidak menyenangkan dan terasa menyakitkan. Akan tetapi, cobalah untuk mengenali rasa itu lagi. Ketika anak melakukan kesalahan yang membuat orangtua ingin marah, coba kenali emosi yang menggerakan pikiran tersebut. Apakah emosi tersebut hanya luapan dari trauma masa kecil yang pernah dialami?

Luangkan waktu untuk berpikir dan tetap tenang. Jika pemicunya berasal dari trauma masa kecil, cobalah untuk memaafkan kesalahan yang pernah diperbuat oleh orangtua atau lingkungan saat masih anak-anak. Dengan menerima dan mengenali keberadaan inner child, rasa emosi akan lebih mudah dikelola. Orangtua juga bisa memahami perbuatan anaknya dan kemungkinan untuk meluapkan emosi pada anak dapat berkurang.

Penuhi Kebutuhan Emosi Anak

Orangtua zaman dulu cenderung terus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Namun terkadang, orangtua lupa untuk memenuhi kebutuhan emosional anak seperti kebutuhan untuk diperhatikan, disayang, diterima. Maka sebagai orangtua kini harus mengetahui juga kebutuhan emosi anak.

Jika kebutuhan emosi anak tidak terpenuhi, dapat menimbulkan luka pada inner child anak yang akan terbawa hingga dewasa dan berpengaruh pada karakternya. Misal, ketika orangtua selalu mengatakan anaknya tidak bisa melakukan apa-apa, bisa saja sampai dewasa anak akan berpikir dirinya tidak bisa melakukan apa-apa.

Untuk itu, coba luangkan waktu untuk anak, ada baiknya jika penuhi kebutuhan emosi anak. Berikan pujian kepada anak, ajarkan anak untuk mencintai dirinya sendiri. Tetap terhubung dengan anak, jembatani kesenjangan yang ada, sadari bahwa orangtua tidak terlalu berbeda dengan anak dan butuh untuk tumbuh bersama. Dengan begitu anak akan tumbuh dengan inner child yang positif.

Jadikan Kehadiran Anak sebagai Self Healing

Mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayang kepada anak, nyatanya bisa menjadi salah satu self healing untuk mengatasi trauma inner child orangtua. Memberikan perhatian, cinta kasih yang mungkin belum didapatkan orangtua ketika masih kecil kepada anaknya dapat membantu orangtua menghidupkan kembali semangat masa kecilnya.

Ikut dan temani anak ketika melakukan kegiatannya seperti melukis bersama, mendengarkan imajinasi anak, bermain, dan menari bersama bisa membangkitkan inner child orangtua yang mungkin belum didapat sebelumnya. Hal tersebut juga membuat orangtua lebih mengerti perasaan anaknya.

Penulis: Maritza Samira

#BreakingBoundariesSeptember

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading